Kumpulan Judul Karya Ilmiah

Ass,.

makasih atas Kunjungannya di blog saya,

jika anda berminat untuk memesan sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi, makalah, tesis, anda dapat menghubungi kami melalui email/alamat dibawah ini:

alamat email : lengkas_pattiwael@yahoo.com

atau dapat memesan melalui sms No. hp kami 081344140526

dijamin kepuasan anda..adalah kenyamanan kami…

harga per file dalam bank data sebesar Rp.300.000, (dalam bentuk Word)..

BEBAN KERJA DAN ETOS KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA SEKRETARIAT DINAS PERINDAGKOP DAN UKM PROVINSI PAPUA

ABSTRACTION

 

This research studies about Work load and job working to Officer Performance at Sekretariat Dinas Perindustrian, Commerce, Co-operation and UKM Provinsi Papua by taking sample 92 officers

Research method performed within this research netted by using kuisioner consisted of number of questions recognized as enquette jargon circularized to respondent to be replied as according to the indicator in the enquette.

Result of analysis Hasil analysis indicates that from some independent variables to compose work load and job(activity ethos, obtained highest  parsial correlation coefficient value value is job(activity ethos variable 0425 and value t biggest calculate that is 4433 with its(the smallest signifikan value that is 0000, compared to other independent variable r ( as at tables of 46). Thereby that job(activity ethos variable having dominant influence to performance Pegawai at Sekretariat Dinas Perindustrian, Commerce, Co-operation and UKM Provinsi Papua

Keyword; Work load, Job activity ethos, and Officer Performance

 Abstrak

Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Beban Kerja dan Etos Kerja Terhadap Kinerja Pegawai pada Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua dengan mengambil sampel sebanyak 92 pegawai

Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dijaring dengan menggunakan kuisioner yang terdiri dari jumlah pertanyaan yang dikenal dengan istilah angket diedarkan kepada responden untuk dijawab sesuai dengan petunjuk yang ada dalam angket tersebut.

Hasil analisis Hasil analisis menunjukkan bahwa dari beberapa variabel bebas terdiri beban kerja dan etos kerja, diperoleh nilai nilai koefisien korelasi parsial yang paling tinggi adalah variabel etos kerja sebesar 0.425 dan nilai t hitung yang paling besar yaitu sebesar 4.433 dengan nilai signifikannya yang paling kecil yaitu 0.000,  dibandingkan dengan r variabel bebas lainnya (sebagaimana pada tabel 4.6).  Dengan demikian bahwa variabel etos kerja yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kinerja Pegawai pada Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua

Kata Kunci; Beban kerja, Etos kerja, dan Kinerja Pegawai

  1. I.    PENDAHULUAN
    1. A.      Latar Belakang Masalah

Secara spesifikasi, Dinas Perindustrian, perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua dalam menata manajemen sumber daya manusia juga tidak lepas dari bagaimana menata manajemen kinerja setiap pegawai.Tolok ukur keberhasilan dari instansi ini juga sangat ditentukan oleh factor kemampuan kerja dan semangat kerja dari setiap pegawai yang ada didalamnya. Dalam pelaksanaan aktivitas manajemen kinerja setiap pegawai di lingkungan Dinas Perindustrian, perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua, pola penataan kemampuan, serta beban kerja setiap pegawai memang menjadi persoalan yang kompleks, dan menyebabkan para pelaku organisasi didalamnyapun saling tumpang tindih dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi untuk setiap bidang, bahkan beban kerja dalam pelaksanaan teknis menjadi permasalahan yang paling dominan di perdebatkan, termasuk didalamnya tumpang tsehingga dapat mempengaruhi etos kerja setiap pegawai, tindih program kegiatan yang jauh dari tugas SKPD yang pada akhirnya menjadikan penurunan bobot kinerja para pegawai yang berada di lingkungan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua.

Penataan beban kerja untuk setiap pegawai menjadi tanggung jawab pelaksana tugas pejabat yang ada didalamnya, termasuk pengelolaan Tata usaha dalam Instansi tersebut. Inilah yang  menjadi alasan penulis untuk melakukan sebuah penelitian yang nantinya akan menjadi sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi sekaligus sebagai bahan rujukan dalam penataan manajemen kinerja pegawai, dengan mengambil judul penelitian yakni;” Beban Kerja, dan Etos Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada Sekretariat Dinas Perindustrian,  Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua”.

  1. B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah pengaruh Beban Kerja dan Etos Kerja terhadap kinerja pegawai pada Sekretariat Dinas Perindustrian,  Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua?
  2. Faktor apakah yang dominan berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada Sekretariat Dinas Perindustrian,  Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua?
  3. C.    Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dapat dirumuskan sejalan dengan permasalahan tersebut diatas adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Beban Kerja dan Etos Kerja terhadap kinerja pegawai pada Sekretariat Dinas Perindustrian,  Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua
  2. Untuk mengetahuifaktor apa yang dominan berpengaruh terhadap terhadap kinerja pegawai pada Sekretariat Dinas Perindustrian,  Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua

D.  Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan :

  1. Manfaat Teoritis .

Penelitian dapat dijadikan bahan  kajian bagi dunia Akademik guna   pengembangan teori yang berhubungan dengan pengelolaan manajemen sumber daya manusia.

  1. Manfaat  Praktis

Penelitian ini  dapat dijadikan  sebagai bahan  masukan  dan evaluasi  untuk memperbaiki  kinerja pegawai pada Sekretariat Dinas Perindustrian,  Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua.

II. KAJIAN PUSTAKA

  1. A.    Pengertian Beban Kerja

Widodo ( 2004 : 51 ) menyatakan bahwa dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan  dan pelayanan masyarakat, maka memerlukan kemampuan dan kecakapan tinggi (profesionalisme ) dengan beberapa persyaratan. Karena itu administrasi negara dapat dikategorikan sebagai profesi, dimana tidak semua orang bisa melaksanakan administrasi negara, kecuali orang – orang yang berlatar belakang pendidikan tinggi, dan memiliki pengalaman, kecakapan, ketrampilan dan keahlian yang memadai. Begitu pula Simanjuntak (1985 : 43 ), menyatakan bahwa : “ Sumberdaya manusia memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan produktivitas. Hal ini dikarenakan alat produksi dan teknologi pada hakekatnya merupakan hasil karya manusia.”

Kemudian menurut pendapat Stephen P. Robbins ( 1996 :218 ) tingkat kinerja pegawai akan sangat tergantung pada factor kemampuan pegawai itu sendiri seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, pengalaman dimana dengan tingkat kemampuan yang semakin tinggi akan mempunyai kinerja semakin tinggi pula. Dengan demikian tingkat pendidikan, pengetahuan dan pengalaman yang rendah akan berdampak negatif pada kinerja pegawai. Sehingga pegawai pemerintah dituntut untuk memiliki kualifikasi tertentu, karena tidak semua orang memiliki keahlian yang dipersyaratkan untuk menyelesaikan pekerjaan.Sehingga rendahnya kinerja pegawai karena rendahnya kemampuan pegawai.

Kemampanan suatu organisasi sangat bergantung pada ketersediaan dankemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam melaksanakan tugas ataupekerjaan.Sumber daya manusia dalam hal ini pegawai yang memilikipengetahuan dan ketrampilan dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya.Karena hal ini akan mendorong tercapainya tujuan organisasi dengan lebihcepat, efektif dan efisien, sehingga dengan sendirinya organisasi akan selalusiap menghadapi dan beradaptasi dengan setiap perubahan yang ada,khususnya yang berhubungan dengan usaha kearah pengembangan organisasi.Sebaliknya, suatu organisasi yang tidak didukung dengan kemampuanpegawai yang memadai akan sangat terancam keberadannya, sebagai contohorganisasi publik tidak akan bisa memberikan pelayanan yang memuaskankepada masyarakat manakala pegawainya belum memahami dan menguasaitentang tugas pokok dan fungsinya. Demikian hal dengan pegawai negeri sipil yang mempunyai mandate sebagai public servant , bila dihubungkan dengan pekerjaan dapat diartikan sebagai suatu keadaan pada diri seseorang yang secara penuh bersungguh- sungguh bekerja, berdaya guna untuk melaksanakan pekerjaan, sehingga memungkinkan sesuatu tujuan yang akan tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Moenir (1974 : 74), yang menyebutkan bahwa “kemampuan sebagai suatu keadaan pada seseorang yang secara penuh, kesungguhan yang berdaya guna dan berhasil guna untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang optimal

  1. B.     Pengertian Etos Kerja

Etos Kerja kerja adalah sikap individu untuk bekerja sama dengan disiplindan rasa tanggung jawab terhadap kegiatannya (Alfred R. Lateiner 1983:66).Pendapat lain yaitu semangat kerja merupakan kemauan sekelompokorang untuk bekerja giat dan terpadu dalam mengerjakan tujuan bersama(Moekijat 1995:130). Sedangkan semangat kerja menurut Alex S. Nitisemito(1996:96) adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengandemikian pekerjaan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik.Dari pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa semangatkerja adalah sikap individu untuk melakukan pekerjaan dengan lebih giat,bekerjasama, berdisiplin dan tanggung jawab sehingga pekerjaan dapatdilaksanakan dengan lebih cepat dan baik.

  1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Semangat kerja.
  2. Kebanggaan pekerja atas pekerjaannya dan kepuasannya dalam menjalankanpekerjaan dengan lebih baik.
  3. Hasrat untuk maju
  4. Kemampuan untuk bergaul dengan kawan sekerja
  5. Kesadaran akan tanggung jawab terhadap pekerjaannya
  6. Sikap terhadap pimpinannya

Indikasi turunnya semangat kerja antara lain: Turun atau rendahnya produktifitas kerja; Tingkat absensi yang naik dan tinggi; Tingkat kerusakan yang tinggi; Tingkat perpindahan buruh yang tinggi Kegelisahaan; Pemogokan dan tuntutan kerja (Nitisemito 1996:161) Unsur-unsur yang mempengaruhi semangat kerja Untuk melihat seberapa besar semangat kerja karyawan terhadap pekerjaannya dapat diukur melalui unsur-unsur semangat kerja

  1. C.    Pengertian Kinerja Pegawai

Pengertian prestasi kerja menurut Dharma (1991:1), prestasi kerja adalah sesuatu yang dikerjakan berupa produk atau jasa yang dihasilkan atau diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang. Sedangkan menurut Siagian (1991:233) mengatakan bahwa prestasi kerja adalah perilaku yang ditampilkan oleh individu atau kelompok yang ditinjau dari segi keprilakuan, kepribadian seseorang yang ditampakan oleh bentuk sikap, cara berpikir dan cara bertindak serta berbagai hal yang mempengaruhi kepribadian seseorang yang tercermin dalam perilakunya.

Dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu produk atau jasa yang dihasilakn melalui serangkaian aktivitas dalam proses kerja oleh seseorang dan kelompok orang, dan hasil kerja tersebut sesuai dengan standar dan kriteria yang telah ditentukan. Kinerja juga sering ditunjukan dengan kemampuan menyesuaikan diri dan sangat terkait dengan mutu pekerjaan. Hal ini tercermin karena mutu pekerjaan yang tinggi pada kenyataannya melahirkan kemajuan dan kinerja yang baik sebagai bahan menjamin eksistensi, pertumbuhan, serta perkembangan organisasi.

  1. D.    Kerangka Konseptual

Berdasarkan uraian di atas dan tinjauan teori yang telah dikemukan pada bab sebelumnya, maka model penelitian yang dikembangkan adalah menganalisis dan mencari pengaruh beban kerja dan semangat kerja pegawai sebagai variabel bebas, dan kinerja pegawai sebagai variabel terikatnya.

  1. E.     Hipotesis
  1. Beban Kerja dan Etos Kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada Sekretariat Dinas Perindustrian,  Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua
  2. Beban Kerja merupakan faktor yang dominan terhadap kinerja pegawai pada Sekretariat Dinas Perindustrian,  Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua

III. METODE PENELITIAN

  1. A.    Rancangan Penelitian

Rancangan atau disain penelitian ditinjau dari pendekatan analisisnya, diklasifikasikan ke dalam jenis penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika.

  1. B.     Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di kantor Dinas Perindustrian,Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua. Subyek penelitiannya adalah pegawai negeri sipil pada Sekretariat Dinas Perindustrian,Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua.

  1. C.    Populasi Dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh pegawai pada kantor Dinas Perindustrian,Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua sebanyak 180 orang. Mengingat jumlah populasi yang diambil oleh penulis diatas  100 populasi, Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik ”aksidential Sampling (Nasir, 1998) berdasarkan pada pengelompokan elemen-elemen atau sub populasi, sehingga total sampel dalam penelitian ini sebanyak 92 responden.

  1. D.    Variabel Penelitian

Variabel penelitian meliputi:

  1. Variabel independen terdiri dari: Beban Kerja (X1) dan Etos Kerja (X2).
  2. Variabel dependen adalah kinerja pegawai (Y)
  3. E.     Jenis dan Sumber Data
    1. Data Primer

Data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari obyek penelitian. Data primer dalam penelitian kali ini adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung dari lokasi penelitian melalui kuesioner yang diberikan kepada pegawai Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua yang ditetapkan sebagai sampel.

  1. Data Sekunder

Data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain, jadi pada saat penelitian dilakukan data tersebut telah tersedia. Data sekunder dalam dalam ini adalah data yang diperoleh dari dokumentasi resmi Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua, antara lain tentang struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, sumber-sumber pustaka yang relevan, jurnal-jurnal, majalah, internet serta penelitian terdahulu.

  1. F.     Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini digunakan teknik field research (penelitian lapangan) yaitu upaya   penelitian yang   dilakukan secara   langsung   pada   obyek    yang  diteliti untuk   mendapatkan   data   dari   Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua.  Dalam penelitian sosial, metode pengumpulan data yang lazim digunakan adalah angket (questionnaire), wawancara (interview), Observasi (observation), dokumenter (secondary sources), dan tes (test).

  1. G.    Teknik Pengukuran Instrumen

Metode pengukuran instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Dengan skala likert variabel yang diukur  dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator variabel tersebut dijadikan menjadi komponen-komponen yang dapat diukur, lalu menjadi titik tolak untuk menyusun item instrumen berupa pertanyaan yang kemudian dijawab oleh responden”.

Instrumen yang menggunakan daftar pertanyaan sebagai alat pengumpulan data dengan memberikan sejumlah pertanyaan tertulis, digunakan untuk memperoleh informasi yang diperlukan dari para responden. Skala pengukuran atas jawaban pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan skala likert  yang dilambangkan dari skala 1 (satu) sampai dengan 5 (lima). Dalam hal ini jawaban responden dibagi menjadi 5 kategori pemeringkatan skala liket seperti dalam tabel berikut, yaitu:

Tabel 3.2. Pemeringkatan Skala Likert

No

Pilihan Jawaban

Keterangan

Bobot

1

Sangat Setuju

SS

Diberi Skor 5

2

Setuju

S

Diberi Skor 4

3

Netral

N

Diberi Skor 3

4

Tidak Setuju

TS

Diberi Skor 2

5

Sangat Tidak setuju

STS

Diberi Skor 1

Keterangan : Diadopsi dari sugiyono (2004:87)

  1. H.          Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, ada 2 teknik analisis data yang digunakan:

  1. Analisis Distribusi Frekuensi

Untuk mengetahui apakah kinerja yang dilakukan oleh Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua sudah berjalan dengan baik atau tidak, serta untuk mengetahui apakah prestasi kerja pegawai sudah baik atau belum.

  1. Regresi Linear Berganda

Yakni untuk melihat dan mengetahui seberapa jauh jumlah nilai suatu variabel tergantung pada variabel lainnya. Model ini dikembangkan untuk mengestimasi nilai variabel dependen Y dengan menggunakan lebih dari satu variabel independen (X1,X2,,…Xn).

  1. IV.    PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
  2. A.      Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Dinas Perindustrian, perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah provinsi Papua yang beralamat di Jl. Abepura Bumi Cenderawasih II Entrop Jayapura, merupakan SKPD yang mempunyai agenda utama yaitu membangun Tanah Papua yang damai dan sejahtera, dengan arah kebijakan yang ditempuh adalah bekerja sama dengan KADIN dan lembaga-lembaga terkait mengembangkan program-program pembinaan pengusaha kecil dan menengah untuk menjadi pengusaha yang berbakat, semakin mampu dan mandiri, dengan program pembangunannya adalah program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi, program pengembangan kewirausahaan, dan keunggulan kompetitif, penciptaan iklim usaha kecil menengah yang kondusif serta pengembangan data informasi.

  1. B.     Hasil Analisis Data

Berdasarkan dengan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS 16 for Windows, maka diproleh hasil sebagai berikut:

Ringkasan Hasil Analisis Statistik

Variabel Arah Kor

Pars.Koef.RegNilai tP(Sig)

Keterangan

 

Kinerja Pegawai (Y)Beban Kerja(+) 0.3530.3573.5540.001SignifikanEtos Kerja(+) 0.4250.3754.4330.000SignifikanKonstanta              =  1.147R2                =  0. 271Fhit              =  17.913Sig   =  0,000Signifikan

 

Sumber: Hasil analisis SPSS 16 for windows

Tabel di atas menunjukkan bahwa model persamaan hasil olahan data adalah sebagai berikut: Y = 1.147+ 0.357+ 0.375   + ei.

Persamaan di atas memberikan kesimpulan perhitungan nilai statistic antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Nilai konstanta sebesar 1.147 menunjukkan arah positif yang berarti bahwa kinerja pegawai akan menurun sebesar nilai konstanta yaitu sebesar 1.147 apabila tanpa adanya variabel Beban Kerja dan Etos Kerja terhadap kinerja pegawai  pada Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua.
  2. Koefisien regresi tiap variabel secara linier menujukkan variabel beban kerja sebesar 0.357 atau bernilai 35.7%  menujukkan arah positif yang berarti bahwa apabila beban kerja ditingkatkan maka akan meningkatkan kinerja pegawai pada Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua sebesar 0.357, dengan asumsi atau dugaan bahwa variabel yang lainnya tidak menunjukkan arah negatif.
  3. Koefisien regresi variabel etos kerja sebesar 0.375 atau bernilai 37.5 % menujukkan arah positif yang berarti bahwa apabila etos kerja ditingkatkan maka akan meningkatkan kinerja pegawai pada Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua sebesar 0.375, dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya tidak menunjukkan arah negatif.
  4. C.    Pengujian Hipotesis
    1. 1.   Pengujian Hipotesis Parsial

Pengujian hipotesis parsial yaitu beban kerja dan etos kerja  mempunyai pengaruh terhadap kinerja pegawai pada Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua. Hasil perhitungan dan analisis data dengan menggunakan alat analisis SPSS 16.0 for windows  sebagaimana pada tabel 4.6,  menunjukkan bahwa:

  1. Beban kerja mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai pada Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil perhitungan tabulasi data sebesar 0.353, nilai thitung atau hasil nilai uji hipotesis sebesar 3.554 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.001. Dengan demikian hipotesis penelitian yaitu beban kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai karena nilai tingkat statistiknya lebih kecil dari tingkat yang dipersyaratkan yaitu α = 0.05. Di samping itu nilai hubungan parsial beban kerja terhadap kinerja pegawai  pada Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua adalah sebesar 0.353. Dengan demikian pengaruh beban kerja terhadap kinerja pegawai Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua sebesar 35.3 %.
  2. Etos kerja mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai pada Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua. Hal tersebut ditunjukkan dengan dengan hasil perhitungan hasil analisis data sebesar  0.425, nilai thitung sebesar 4.433 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Dengan demikian hipotesis penelitian yaitu etos kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai karena probabilitinya lebih kecil dari tingkat yang dipersyaratkan yaitu α = 0.05. Di samping itu nilai hubungan (korelasi) parsial etos kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada pada Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua 0.425 atau 42.5 %.
  3. 2.      Pengujian Hipotesis Simultan

Hasil analisis statistik melalui Program SPSS 16 for windows diperoleh hasil sebagaimana pada tabel 4.6 di atas, menujukkan bahwa secara bersama-sama/simultan beban kerja dan etos kerj  berpengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerj Pegawai Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua, yang dapat ditunjukkan melalui  Fhitung 17.913 dan P (sig) = 0,000 < 0,050. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian yang menyatakan bahwa secara simultan variabel beban kerja dan etos kerja mempunyai pengaruh terhadap kinerja Pegawai pada Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua adalah terbukti.

Variabel  beban kerja dan etos kerja terhadap kinerja Pegawai pada Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua yang dapat ditunjukkan melalui besarnya koefisien determinasi (R2)  0.271 atau 27.1 %,  dan sisanya 83.9% ditentukan oleh faktor lain di luar dari model  yang diteliti.

  1. 3.      Pengujian Variabel yang Dominan

Hasil analisis menunjukkan bahwa dari beberapa variabel bebas terdiri beban kerja dan etos kerja, diperoleh nilai nilai koefisien korelasi parsial yang paling tinggi adalah variabel etos kerja sebesar 0.425 dan nilai t hitung yang paling besar yaitu sebesar 4.433 dengan nilai signifikannya yang paling kecil yaitu 0.000,  dibandingkan dengan r variabel bebas lainnya (sebagaimana pada tabel 4.6).  Dengan demikian bahwa variabel etos kerja yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kinerja Pegawai pada Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua.

  1. V.    PENUTUP
    1. Beban Kerja mempunyai hubungan yang sangat erat dengan penerapan kinerja pegawai pada kantor Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dan hasil olah data responden menunjukkan bahwa nilai Beban kerja mempunyai pengaruh terhadap kinerja pegawai dengan jumlah sebesar 27.1 % yang kemudian sisanya ditentukan oleh faktor lain selain variable yang diteliti
    2. Etos Kerja  mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kinerja Pegawai pada Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua. Hal ini dapat ditunjukkan dengan hasil olah data responden yang dijumlahkan secara keseluruhan memiliki nilai presentase parsial sebesar 42.5 % dibandingkan dengan Beban Kerja yang hanya sebesar 35.3 %
    3. Untuk memelihara dan mempertahankan serta meningkatkan kinerja organisasi pada Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua, maka disarankan agar pimpinan kantor senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan mampu memberi mengarahkan secara terus-menerus kepada pegawai untuk melakukan pekerjaan lebih rajin bekerja, cepat melakukan pekerjaan dan tepat waktu menyelesaikan pekerjaannya dengan loyalitas yang tinggi.
      1. Supaya setiap pegawai lebih bergairah dan rajin bekerja, maka pimpinan pada Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Papua, senantiasa mengupayakan perbaikan terutama menata beban kerja secara kondusif dengan memenuhi kekurangan sarana kerja, sehingga pegawai bekerja dengan rajin, cepat bekerja dan tepat waktu menyelesaikan tugasnya.

A.       Kesimpulan

B.     Saran – Saran

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Syafaruddin,2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, StrategiKeunggulan Kompetitif, BPFE, Yogyakarta

Djatmiko, Yayat Widayati,2002,Perilaku Organisasi,Alfabeta,Bandung.

Gibson, L. James, John M. Ivancevich, and James H. Donnelly, Jr., 1985,Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses,PT Gelora Aksara Pratama,Jakarta.

Gomes, F.C., 2002,Manajemen Sumber Daya Manusia, Andi, Yogyakarta.

Hadi,Sutrisno,1993,Statistik Jilid II, Penerbit Fakultas PsikologiUGM,Yogyakarta.

Handoko,Hani T,1984,Manajemen Personalia dan Sumber DayaManusia,BPFE,Yogyakarta.

Hariandja, Marihot Tua Efendi , 2002 , Manajemen Sumber Daya Manusia,Cetakan Pertama, PT. Grasindo, Jakarta.

Hasibuan, Melayu, SP, 1997, Organisasi dan Motivasi, Dasar PeningkatanProduktifitas, Bumi Aksara, Cetakan Pertama, Jakarta.

Hasibuan,Melayu,SP.,2000,Manajemen Sumber Daya Manusia, BumiAksara,Jakarta.

Indrawijaya, Adam I.,2000, Perilaku Organisasi, Algensindo, Bandung.

Irawan, Prasetya , 2000 , Manajemen Sumber Daya Manusia, STIA-LANPress, Jakarta.

Laiterner, Alfred R, 1983, Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja, aksara Baru,Jakarta.

Mangkunegara, A.A.Anwar Prabu , 2000 , Manajemen Sumber Daya ManusiaPerusahaan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.

Musanef, 1994, Manajemen Kepegawaian di Indonesia, Gunung Agung, Jakarta.

Nitisemito,Alex S,1995,Manajemen Personalia (Manajemen Sumber DayaManusia ),Ghalia Indonesia, Jakarta.

Panggabean, Murtiana S , 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, CetakanPertama, Ghalia Indonesia, Jakarta

Reksohadiprodjo, S., & Handoko,T.H.,2001, Manajemen Personalia dan SumberDaya Manusia,Edisi Kedua,BPFE, Yogyakarta.

Robbins, S.P., 1996, Perilaku Organisasi, Edisi Bahasa Indonesia,Jilid I danII,Prinhalindo, Jakarta.

Saydam, Ghozali,1996,Manajemen Sumber Daya Manusia, Binarupa, Jakarta.

Siagian, Sondang P.,1995, Teori, Motivasi dan Aplikasinya, Cetakan Kedua,Rineka Cipta, Jakarta.

Simanjutak,Payaman J.,1985,Produktivitas kerja,Pengertian dan RuangLingkupnya,Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktivitas,Jakarta.

By lengkas Dikirimkan di EKONOMI

FAKTOR-FAKTOR DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMASARAN PENJUALAN PRODUK MORINAGA PADA PT. ENSEVAL PUTERA MEGATRADING Tbk CABANG JAYAPURA

Abstrak

Penelitian ini  menggunakan metode asosiatif dalam jenis bentuk penelitian Survei yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relative, distribusi, dan hubungan antara variabel sisiologis maupun psikologis. Penelitian survey biasanya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel yang representativ.

Hasil analisis menunjukkan bahwa dari beberap variabel bebas terdiri produk (X1), harga (X2), saluran Distribusi (X3) dan promosi (X4) diperoleh nilai nilai koefisien korelasi parsial yang paling tinggi adalah variabel produk (X1) sebesar 0.516 dan nilai t hitung yang paling besar yaitu sebesar 5.612 dengan nilai signifikannya yang paling kecil yaitu 0.000,  dibandingkan dengan variabel bebas lainnya.  Dengan demikian bahwa variabel produk (X1) yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kepuasan Konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura

Abstraction

This research applies associative method in type form of research of Survei that is research done at small and also big population, but data studied is data from sample taken away from by the population, causing is found events relative, distribution, and relation between variable sisiologis and also psychological. Research of survey usually done to take a generalization from observation that is is circumstantial not, but generalization done can more accurately if applied [by] sample which representativ.

Result of analysis indicates that from beberap independent variable to compose product ( X1), price ( X2), channel of distribution ( X3) and promotion ( X4) obtained highest  parsial correlation coefficient value value is product variable ( X1) 0516 and value t biggest calculate that is 5612 with its(the smallest signifikan value that is 0000, compared to other independent variable. Thereby that product variable ( X1) what has dominant influence to satisfaction of Konsumen at PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Branch Jayapura

 

  1. I.    PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Konsumen dalam memutuskan untuk membeli suatu produk akan menggunakan berbagai kriteria yang ada, diantaranya ia akan membeli produk yang sesuai dengan kebutuhannya, seleranya dan daya belinya. Apabila perusahaan menginginkan memperoleh keberhasilan dalam mempengaruhi tanggapan konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk maka perusahaan dituntut untuk menerapkan strategi serta cara untuk melaksanakan pemasaran setepat mungkin. Kegiatan pemasaran tersebut hanya bisa dilakukan dengan menetapkan garis-garis besar dalam bidang pemasaran, yang sering dikenal dengan kebijaksanaan pemasaran. Salah satu upaya untuk dapat menarik perhatian dan diterima oleh konsumen adalah dengan melaksanakan bauran pemasaran secara tepat dan terpadu sesuai dengan situasi dan kondisi perusahaan. Bauran pemasaran mempunyai pengaruh besar terhadap tindakan konsumen dalam membeli suatu produk. Hal ini lebih dikarenakan faktor produk, harga, promosi yang secara langsung dapat dirasakan atau diamati oleh konsumen akhir, dan saluran distribusi yang akan memberikan nilai positif terhadap produk dan harga.Untuk dapat bersaing didalam memasarkan hasil produknya maka perusahaan harus merumuskan kombinasi aspek-aspek bauran pemasaran tersebut dengan tepat dan mempergunakan teknik-teknik pemasaran yang sesuai dengan perilaku konsumennya.

Dengan melihat penjelasan tersebut di atas, maka jelaslah betapa pentingnya pelaksanaan kebijaksanaan bauran pemasaran sehingga hal ini menjadi dasar penulisan skripsi. Bertitik tolak dari penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-faktor dalam Upaya Menigkatkan Pemasaran Penjualan Produk Morinaga pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura”

 

 

B.  Perumusan Masalah

  1. Apakah faktor-faktor strategi pemasaran yang meliputi produk, harga, promosi, dan saluran distribusi berpengaruh dalam menigkatkan Penjualan Produk Morinaga pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura?
  2. Variabel manakah diantara produk, harga, promosi dan saluran distribusi yang memberikan pengaruh terbesar dalam menigkatkan Penjualan Produk Morinaga pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura?
  3. C.    Tujuan Penelitian
    1. Untuk mengetahui faktor-faktor Pemasaran dalam penigkatkan Penjualan Produk Morinaga pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura.
    2. Untuk mengetahui variabel yang memberikan pengaruh signifikan dalam penigkatkan Penjualan Produk Morinaga pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura.
    3. D.  Manfaat Penelitian
      1. Hasil penelitian ini diharapkan juga mampu menambah referensi dan bahan rujukan bagi lembaga Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas YAPIS Papua dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan berminat mengembangkannya dalam taraf lebih lanjut.
      2. Bagi Perusahaan yakni hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam menentukan dan menetapkan kebijakan pemasaran perusahaan yang tepat, khususnya dikaitkan dengan faktor dari bauran pemasaran.
      3. II.    TINJAUAN  PUSTAKA
      4. A.  Kajian Teori
        1. 1.                                                         Pengertian Pemasaran

Pemasaran adalah fungsi manajemen yang mengorganisasi dan menjuruskan semua kegiatan perusahaan yang meliputi penilaian dan pengubahan daya beli konsumen menjadi permintaan yang efektif akan sesuatu barang atau jasa, serta penyampaian barang atau jasa tersebut kepada konsumen atau pemakai terakhir, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Pemasaran dapat didefinisikan sebagai : ”Kegiatan manusia yang diarahkan pada usaha untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran” (Swastha, 1996 : 5).

Pemasaran merupakan : ”Proses merencanakan konsepsi, harga, promosi dan distribusi ide, menciptakan peluang yang memuaskan individu dan sesuai dengan tujuan organisasi” (Alma, 2000 : 3).

Dengan demikian, pemasaran merupakan proses penyelarasan sumber-sumber sebuah organisasi terhadap kebutuhan pasar. Pemasaran memberi perhatian pada hubungan timbal balik yang dinamis antara produk-produk dan jasa-jasa perusahaan, keinginan dan kebutuhan konsumen, dan kegiatan-kegiatan para pesaing.

Didalam suatu sistem perekonomian dimana pertukaran dilakukan secara bebas dan pasar berada di tangan pembeli, maka fungsi daripada pemasaran bagi suatu perusahaan harus menonjol dan menduduki tempat dimuka. Pemasaran merupakan kegiatan pokok perusahaan dalam usahanya mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan mendapat laba serta merupakan proses kegiatan pemasaran yang menyangkut masalah mengalirnya produk dari produsen ke konsumen.

Pemasaran adalah fungsi manajemen yang mengorganisasi dan menjuruskan semua kegiatan perusahaan yang meliputi penilaian dan pengubahan daya beli konsumen menjadi permintaan yang efektif akan sesuatu barang atau jasa, serta penyampaian barang atau jasa tersebut kepada konsumen atau pemakai terakhir, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan

 

 

  1. 2.   Pengertian Bauran Pemasaran

Menurut Payne (2000 : 28) : ”Bauran pemasaran merupakan satu dari sekian konsep yang paling universal yang telah dikembangkan dalam pemasaran. Kebanyakan pembahasan mengenai pemasaran memusatkan perhatian sekitar 4 komponen kunci bauran pemasaran, yang disebut 4P. komponen ini meliputi : Produk, Harga, Promosi, Tempat”. Sedangkan menurut Swastha (1996 : 42), ”Bauran pemasaran adalah : kombinasi dari 4 variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yakni : produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi”.

  1. Elemen-Elemen Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran merupakan sekelompok variabel yang dapat dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk mempengaruhi permintaan akan Produk, Promosi, Harga dan Saluran Distribusi sehingga harus mendapat perhatian yang tepat dari manajemen perusahaan. Bauran pemasaran atau marketing mix juga sering disingkat dengan 4P yaitu :

  1. Produk
  2. Harga
  3. Promosi
  4. Saluran Distribusi

C.  Hipotesis Penelitian

  1. Faktor produk, harga, saluran distribusi dan promosi berpengaruh signifikan dalam Upaya Menigkatkan Penjualan Produk Morinaga pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura.
  2. Produk merupakan variabel yang yang paling berpengaruh baik  simultan maupun parsial terhadap Penigkatkan Penjualan Produk Morinaga pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura.

III. METODELOGI PENELITIAN

  1. A.    Jenis dan Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis  menggunakan metode asosiatif dalam jenis bentuk penelitian Survei yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relative, distribusi, dan hubungan antara variabel sisiologis maupun psikologis. Penelitian survey biasanya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel yang representatif.

  1. B.       Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Jayapura, khususnya pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura.

C.  Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang dipergunakan adalah:

  1. Data Primer
    1. Data Sekunder

D.  Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling merupakan teknik penetuan sampel dimana setiap unsur atau anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Singgih dan Fandy, 2001: 85). Penggunaan teknik tersebut dikarenakan jumlah populasi pada penelitian ini telah diketahui jumlahnya dan sampel yang diperoleh merupakan sampel kesempatan sehingga hasilnya dapat dievaluasi secara obyektif. Adapun jumlah sampel yang diambil sebesar 10% dari 224 orang konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura  yaitu sebanyak 92 responden. Yang menjadi landasan atau dasar dari jumlah pengambilan sampel adalah pendapat dari Arikunto (1998:120) yang mengatakan: “Apabila subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih dari 100 maka sampel yang diambil antara 10% – 15% atau 20% – 25% tergantung dari luas wilayah, dana, waktu dan tenaga.”

E.  Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner (angket). Teknik angket merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan/pernyataan kepada responden. Dalam penelitian ini, digunakan daftar pertanyaan bersifat tertutup, di mana alternatif jawaban telah disediakan

F. Definisi Operasional Variabel

  1. Variabel bebas (Independent Variable)
  1. Produk (X1)

Adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan oleh perusahaan dalam hal ini adalah produk PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan konsumen.

  1. Harga (X2); adalah biaya yang ditetapkan oleh pihak perusahaan atas produk yang dijual dengan tujuan untuk bisa dijangkau oleh konsumen, dengan indikator penelitian antara lain; murah, terjangkau, kualitas terjamin
    1. Saluran Distribusi (X3)

Merupakan saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyampaikan produk tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau industri pemakai.

  1. Promosi (X4)

Merupakan usaha-usaha yang telah dilakukan perusahaan dalam mempengaruhi konsumen agar pembeli atau konsumen mau membeli produknya.

  1. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu penigkatan penjualan, merupakan keputusan konsumen untuk membeli produk pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura

G.  Teknik Pengukuran Variabel

Adapun teknik pengukuran variabel yang digunakan oleh peneliti untuk memberikan jawaban pada setiap item jawaban adalah dengan menggunakan skala likert. Skala likert merupakan skala yang dikembangkan melalui metode likert, di mana subyek harus diindikasikan berdasarkan tingkatannya berdasarkan berbagai pernyataan yang berkaitan dengan perilaku suatu obyek. Kesemua nilai pernyataan tersebut kemudian digabung sehingga dapat diperoleh nilai total yang dapat menggambarkan obyek yang diteliti (Sugiono, 1994:74).

  1. H.      Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan teknik analisis regresi linier berganda, yaitu penulis menganalisa secara statistic dengan menggunakan rumus yaitu :   untuk melihat dan mengetahui seberapa jauh jumlah nilai suatu variabel tergantung pada variabel lainnya. Model ini dikembangkan untuk mengestimasi nilai variabel dependen Y dengan menggunakan lebih dari satu variabel independen (X1,X2X3,X4,,…Xn).

Hubungan fungsional antara variabel dependen dengan variabel independen secara umum dapat ditulis rumus sebagai berikut :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + ε

 

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. A.      Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PT. Enseval didirikan pada bulan Oktober 1973, sebagai akibat dari pemisahan fungsi  distribusi dari pemasaran dan produksi PT. Kalbe Farma bersama anak perusahaan. Ketika manajemen mengambil kebijakan untuk kembali ke bidang usaha inti pada tahun 1993, maka semua kegiatan usaha perdagangan dan distribusi dipindahkan ke PT. Arya Gupta Cempaka. Suatu perseroan yang didirikan pada tahun 1988 yang selanjutnya pada tanggal 6 Agustus 1993 berganti nama menjadi PT. Enseval Putera Megatrading. Pada tanggal 1 Agustus 1994 perseroan tercatat di Bursa Efek Jakarta sebagai PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. dan nama inilah yang dipakai hingga saat ini

  1. B.       Hasil Analisis Data dan Pembahasan

Berdasarkan dengan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS 16 for Windows, maka diproleh hasil sebagai berikut:

Tabel

Ringkasan Hasil Analisis Statistik

Variabel Arah Kor

Pars.

Koef.

Reg

Nilai t P(Sig)  

Keterangan

 

Peningkatan Penjualan (Y)
produk (X1) (+) 0.516 0.404 5.612 0.000 Signifikan
harga (X2) (+) 0.314 0.226 3.088 0.003 Signifikan
Saluran distribusi  (X3) (+) 0.498 0.327 5.356 0.000 Signifikan
promosi (X4) (+) 0.178 0.129 1.684 0.096 Signifikan
Konstanta     =   -0.294
R2                       =  0.559
Fhit                      =  29.824

Sig   =  0,000

Signifikan

Sumber: Hasil analisis SPSS 16 for windows

Tabel di atas menunjukkan bahwa model persamaan regresinya sebagai berikut: Y =  -0.294 +0.404 X1 + 0.226 X2 + 0.327X3 +0.129 X4+ ei.

Persamaan di atas memberikan interprestasi bahwa:

  1. Nilai konstanta sebesar -0.294 menunjukkan arah negatif yang berarti bahwa kepuasan konsumen akan menurun sebesar nilai konstanta yaitu sebesar -0.294 apabila tanpa adanya variabel produk (X1), harga (X2), saluran Distribusi (X3) dan promosi (X4)  pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura.
  2. Nilai koefisien regresi variabel produk (X1) sebesar 0.404 menujukkan arah positif yang berarti bahwa apabila pelayanan produk ditingkatkan satu unit satuan maka akan meningkatkan kepuasan konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura sebesar 0.404, dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya tetap.
  3. Nilai koefisien regresi variabel harga (X2) sebesar 0.226 menujukkan arah positif yang berarti bahwa apabila  harga ditingkatkan satu unit satuan maka akan meningkatkan kepuasan konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura sebesar 0.226, dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya tetap.
  4. Nilai koefisien regresi variabel Saluran Distribusi (X3) sebesar 0.327 menujukkan arah positif yang berarti bahwa apabila saluran distribusi ditingkatkan satu unit satuan maka akan meningkatkan kepuasan konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura sebesar 0.327, dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya tetap.
  5. Nilai koefisien regresi variabel promosi (X4) sebesar 0.129 menujukkan arah positif yang berarti bahwa apabila  pelayanan konsumen ditingkatkan satu unit satuan maka akan meningkatkan kepuasan konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura sebesar 0.129, dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya tetap.
  6. C.      Pengujian Hipotesis
    1. 1.   Pengujian Hipotesis Parsial
      1. Produk (X1) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kepuasan konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien regressi sebesar 0.516, nilai thitung sebesar 5.612 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Dengan demikian hipotesis penelitian yaitu produk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen karena probabilitinya lebih kecil dari tingkat alpha yang dipersyaratkan yaitu α = 0.05.
      2. Harga (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kepuasan konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien regressi sebesar 0.314 nilai thitung sebesar 3.088 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.003. Dengan demikian hipotesis penelitian yaitu harga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen karena probabilitinya lebih kecil dari tingkat alpha yang dipersyaratkan yaitu α = 0.05.
      3. Saluran Distribusi (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kepuasan konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien regressi sebesar 0.498, nilai thitung sebesar 5.356 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Dengan demikian hipotesis penelitian yaitu saluran distribusi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen karena probabilitinya lebih kecil dari tingkat alpha yang dipersyaratkan yaitu α = 0.05.
      4. Promosi (X4) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kepuasan konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien regressi sebesar 0.178, nilai thitung sebesar 1.684 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.096. Dengan demikian hipotesis penelitian yaitu konsumen mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kepuasan konsumen karena probabilitinya lebih besar dari tingkat alpha yang dipersyaratkan yaitu α = 0.05.
      5. 2.      Pengujian Hipotesis Simultan

Hasil analisis statistik melalui Program SPSS 16  for windows diperoleh hasil sebagaimana pada tabel 10 di atas, menujukkan bahwa secara bersama-sama/simultan variabel produk (X1), harga (X2), saluran Distribusi (X3) dan promosi (X4) mempunyai berpengaruh yang signifikan dan positif terhadap kepuasan Konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura, yang dapat ditunjukkan melalui  Fhitung = 29.824  dan P (sig) = 0,000 < 0,050. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa secara simultan variabel produk (X1), harga (X2), saluran Distribusi (X3) dan promosi (X4)mempunyai pengaruh terhadap kepuasan Konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura adalah terbukti.

Kontribusi variabel produk (X1), harga (X2), saluran Distribusi (X3) dan promosi (X4) terhadap kepuasan Konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapurapura yang dapat ditunjukkan melalui besarnya koefisien determinasi (R2) = 0,559 atau 55.9%  dan sisanya 44.1% ditentukan oleh faktor lain di luar dari model yang diteliti.

  1. 3.      Pengujian Variabel yang Dominan

Hasil analisis menunjukkan bahwa dari beberap variabel bebas terdiri produk (X1), harga (X2), saluran Distribusi (X3) dan promosi (X4) diperoleh nilai nilai koefisien korelasi parsial yang paling tinggi adalah variabel produk (X1) sebesar 0.516 dan nilai t hitung yang paling besar yaitu sebesar 5.612 dengan nilai signifikannya yang paling kecil yaitu 0.000,  dibandingkan dengan variabel bebas lainnya.  Dengan demikian bahwa variabel produk (X1) yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kepuasan Konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura.

  1. D.    Pembahasan

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial dan produk (X1), harga (X2), saluran Distribusi (X3) dan promosi (X4)mempunyai berpengaruh yang signifikan dan positif terhadap kepuasan Konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura. Dengan demikian, Kepuasan konsumen setiap kegiatan dan individu merupakan kunci pencapaian produktivitas. Karena kepuasan adalah suatu hasil dimana orang-orang dan sumber daya lain yang ada dalam organisasi secara bersama-sama membawa hasil akhir yang didasarkan pada tingkat mutu dan standar yang telah ditetapkan. Konsekuensinya, perusahaan memerlukan sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan kemampuan yang unik sesuai dengan visi dan misi organisasi.

produk (X1), harga (X2), saluran Distribusi (X3) dan promosi (X4) memiliki kepuasan ekonomi jangka panjang untuk mengklasifikasi sifat dan alasan-alasan bagi hubungan tersebut dan untuk mengetahui apakah dan bagaimana hubungan tersebut dapat di eksploitasi untuk meningkatkan kepuasan suatu perusahaan. Pelayanan dapat memberikan dampak  pada perusahaan dan individu sebagai berikut:

1)      pelayanan dapat mempunyai dampak terhadap kepuasan jangka panjang

2)      pelayanan mungkin akan menjadi suatu faktor bahkan lebih penting lagi dalam menentukan keberhasilan dan kegagalan organisasi di masa datang.

3)      pelayanan yang menghambat kepuasan konsumen jangka panjang cukup banyak, mudah berkembang, bahkan penuh dengan orang-orang yang pandai dan berakal sehat.

4)      Meskipun sulit di rubah, jasa pelayanan yang dilakukan oleh perusahaan dapat dibuat agar bersifat lebih meningkatkan kepuasan.

Pengukuran kepuasan harus dapat memberikan gambaran atau penjelasan yang tepat dari suatu aktivitas program secara menyeluruh. Untuk menghasilkan suatu pengukuran kepuasan yang baik diperlukan suatu artikulasi yang jelas tentang rencana stratejik setiap departemen dalam suatu organisasi yang mencakup visi dan misi, tujuan dan sasaran yang hendak diukur serta hubungan dari hasil kegiatan yang hendak dilaksanakan.

Pengukuran kepuasan hendaknya terfokus pada pengambilan tindakan untuk setiap kegiatan, pemanfaatan sumber daya dan hasil yang dicapai untuk suatu waktu tertentu, dimana setiap bagian dalam organisasi sedang dalam upaya menuju sasaran dan tujuan umum yang telah ditetapkan dalam rencana stratejiknya. Selanjutnya pengukuran kepuasan harus mengukur hasil, akibat (Outcome) dan pengeluaran anggaran yang dipercayakan pada bagian yang bersangkutan dengan cara pengukuran dan metode penilaian kepuasan yang sesuai dengan bagian atau subsistim dalam organisasi tersebut

  1. V.    PENUTUP
    1. Model persamaan regresinya sebagai berikut: Y =  -0.294 +0.404 X1 + 0.226 X2 + 0.327X3 +0.129 X4+ ei.
      1. produk (X1), harga (X2), saluran Distribusi (X3) dan promosi (X4) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kepuasan konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura.
      2. Secara bersama-sama/simultan variabel produk (X1), harga (X2), saluran Distribusi (X3) dan promosi (X4) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kepuasan Konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura. terhadap kepuasan Konsumen sebesar (R2) = 0,559 atau 55.9%.
      3. Variabel Produk (X1) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kepuasan Konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura.
      4. Untuk memelihara dan mempertahankan serta meningkatkan kepuasan konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura, maka disarankan agar pimpinan kantor senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan mampu memberi arahan pelayanan konsumen  secara terus-menerus kepada konsumen untuk melakukan pekerjaan lebih rajin bekerja, cepat melakukan pekerjaan dan tepat waktu menyelesaikan pekerjaannya dengan loyalitas yang tinggi.
      5. Supaya setiap konsumen puas, maka pimpinan pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura, senantiasa mengupayakan perbaikan terutama menata perusahaan secara kondusif dengan memenuhi kekurangan sarana kerja, sehingga konsumen puas tugasnya.
      6. Produk  mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kepuasan konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura, maka hendakya pimpinan menerapkan jasa pelayanan dengan  efektif.
      7. Variabel produk (X1), harga (X2), saluran Distribusi (X3) dan promosi (X4)mempunyai pengaruh terhadap kepuasan konsumen pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Cabang Jayapura, oleh karena itu hendaknya faktor-faktor tersebut menjadi perhatian bagi pimpinan dan dan karyawan itu sendiri.

A.    Kesimpulan

B.     Saran – Saran

DAFTAR PUSTAKA

 

Alma Buchari, 2000,  Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi Revisi, Cetakan Keempat, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Amirullah, 2002, Perilaku Konsumen, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Basu Swastha DH, 1996, Azas-azas Marketing, Edisi Ketiga, Cetakan Kedua, Liberty, Yogyakarta.

Basu Swastha, Dharmmesta dan Hani Handoko T, 2000, Manajemen Pemasaran, Analisa Perilaku Konsumen, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga, BPFE, Yogyakarta.

Fandy Tjiptono, 2002, Manajemen Jasa, Edisi Kedua, Cetakan Ketiga, Penerbit Andi Yogyakarta.

 

Husein Umar, 2000, Riset Pemasaran Perilaku Konsumen, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Henry Simamora, 2000, Manajemen Pemasaran Internasional, Jilid II, Cetakan Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Irawan Faried Wijaya dan Sudjoni, 1996, Pemasaran Prinsip dan Kasus, Edisi 2, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Rambat Lupiyoadi, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa : Teori dan Praktik, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat Jakarta.

Payne Adrian, 2000, The Essence of Service Marketing Pemasaran Jasa: Terjemahan Fandy Tjiptono, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit ANDI Yogyakarta.

Singarimbun Masri dan Sofian Effendi, 1995, Metode Penelitian Survai, Edisi Revisi, Jakarta: LP3S.

Singgih Santoso, & Fandy, Tjiptono, 2001, Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, PT. Gramedia, Jakarta.

Suharsimi Arikunto dan Effendi Sofyan, 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cetakan Kesembilan, Edisi Revisi II, Rineka Cipta, Jakarta.

Sugiyono, 2002, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Pertama, Penerbit: CV. Alvabeta Bandung.

Sutisna, 2002, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Cetakan Kedua, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Widayat, 2004, Metode Penelitian Pemasaran (Aplikasi Software SPSS), Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit Universitas Muhammadyah, Malang.

FAKTOR-FAKTOR KUALITAS LAYANAN YANG BERPENGARUH TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN MENGGUNAKAN JASA SURYA FITNES CENTRE DI JAYAPURA

BAB I

PENDAHULUAN

  1. A.   Latar Belakang Masalah

Dalam dunia jasa olah raga secara spesifikasi, sangat dibutuhkan efektifitas dan efisiensi serta tuntutan profesionalisme bagi pelaksana pelayanan jasa ini, sehingga akan memberikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat dalam melakukan aktivitas kebugaran pada sanggar olah raga. Hal inilah yang terus dilakukan oleh salah satu penyedia jasa kesehatan bugar yakni Surya Fitness Centre Jayapura.

Dengan segala usaha dan upaya berusaha memenuhi tuntutan dan keinginan para konsumen yang menggunakan jasa ini untuk tetap dapat bertahan dan menjadikannya sebagai salah satu pelayanan jasa kebugaran di kota Jayapura. Banyaknya penyedia jasa kebugaran di kota Jayapura tentunya memberikan daya saing tersendiri atas ketersediaan segala bentuk sarana dan prasarana guna memberikan rasa nyaman terhadap setiap konsumen.

Sebagai salah satu penyedia layanan jasa kebugaran dalam bidang fitnes, Surya Fitnes Centre dituntut untuk lebih meningkatkan daya tarik konsumen untuk mampu menyaingi layanan jasa dalam bidang yang sama, yang saat ini telah banyak tersebar di wilayah kota Jayapura dan Sekitarnya. Sebagai salah satu penyedia jasa layanan dalam bidang kebugaran, Surya Fitnes Centre juga berusaha melengkapi fasilitas olah raga sebagai wujud dalam memenuhi kebutuhan konsumen..

Dukungan fasilitas dan kenyamanan pelanggan menjadi prioritas utama perusahaan Surya Centre Fitnes. Inilah yang menjadi alasan penulis untuk mencoba melakukan penelitian pemasaran jasa dan berhubungan dengan Surya Fitnes Centre yang nantinya akan menjadi sebuah karya ilmiah, dengan mengambil sebuah judul;” Faktor-faktor Kualitas Layanan yang Berpengaruh Terhadap loyalitas Pelanggan Menggunakan Jasa Surya Fitnes Centre di Jayapura”.

  1. B.     Rumusan Masalah
    1. Apakah faktor-faktor Kualitas Layanan terdiri dari assurance dan emphaty Berpengaruh Terhadap loyalitas Pelanggan Menggunakan Jasa Surya Fitnes Centre di Jayapura?
    2. Faktor manakah yang dominan berpengaruh Terhadap loyalitas Pelanggan Menggunakan Jasa Surya Fitnes Centre di Jayapura?
    3. C.    Tujuan  penelitian
      1. Untuk mengetahui faktor-faktor Kualitas Layanan yang Berpengaruh Terhadap loyalitas Pelanggan Menggunakan Jasa Surya Fitnes Centre di Jayapura.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor  yang paling dominan berpengaruh Terhadap loyalitas Pelanggan Menggunakan Jasa Surya Fitnes Centre di Jayapura.

D. Manfaat Penelitian

  1. Sebagai sarana untuk menerapkan teori yang telah diperoleh selama kuliah terhadap kenyataan.
  2. Sebagai sarana untuk menambah wawasan tentang bidang pemasaran, dan sebagai bahan referensi dan informasi bagi pembaca dan peneliti selanjutnya, sehingga diharapkan dapat dikembangkan oleh peneliti selanjutnya.

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

  1. A.    Kualitas Pelayanan

Seperti yang diketahui bahwa kualitas pelayanan dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mencapai keunggulan bersaing dan menentukan keberhasilan serta kualitas perusahaan. Semakin baik pelayanan yang diberikan dimata konsumen berarti semakin tingi pula tingkat keberhasilan dan kualitas perusahaan yang dicapai dan begitu pula sebaliknya. Parasuraman dalam Lupiyoadi (2001 :148) mendefinisikan kualitas pelayanan sebagai : “Seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan konsumen atas layanan yang mereka terima/peroleh”.

Menurut pemikiran yang dikembangkan oleh Parasuraman, et.al, dalam Lupiyoadi (2001 : 148) kualitas pelayanan jasa memiliki 5 (lima) dimensi pengukuran yaitu :

1. Bukti Fisik (Tangibles);

Yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan, kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan lingkungan sekitar adalah bukti fasilitas fisik/gedung, gudang, penampilan karyawan, dan lain sebagainya.

2.   Keandalan (Reliability);

Yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan dengan cepat, tepat, akurat, dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan konsumen yang berarti ketepapatn waktu, pelayanan yang sama untuk semua konsumen, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.

3. Daya Tanggap (Responsiveness);

Yaitu kemauan pegawai untuk tanggap membantu para konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat, tepat dengan disertai penyampaian jasa yang jelas. Dalam hal ini perusahaan tidak hanya selalu cepat tanggap pada keluhan konsumen yang timbul karena janji tidak terpenuhi, namun juga cepat tanggap menangkap perubahan yang terjadi dalam pasar, teknologi, peralatan dan perilaku konsumen.

4. Jaminan (Assurance);

Yaitu pengetahuan, kesopansatunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya konsumen kepada perusahaan. Variabel ini terdiri dari beberapa komponen antara lain komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan, kompetensi (competence), dan sopan santun (cortecy).

5. Empati (Emphaty);

Yaitu meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan pemahaman atas kebutuhan individu oleh para konsumen dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang konsumen, memenuhi kebutuhan konsumen secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi konsumen.

  1. B.  Kepuasan Konsumen

Pengertian kepuasan konsumen menurut Tjiptono (2000 : 89) adalah tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengamatan konsumsi suatu produk atau jasa. Sedangkan pengertian kepuasan konsumen menurut Day dalam Tjiptono (1997 : 24) kepuasan atau ketidakpuasan konsumen adalah respon konsumen terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya.

Kepuasan konsumen merupakan strategi jangka panjang yang membutuhkan komitmen, baik menyangkut dana maupun sumber daya manusianya. Menurut Tjiptono (1997 : 40), ada beberapa strategi yang dapat dipadukan untuk meraih dan meningkatkan kepuasan konsumen, yaitu :

a.   Strategi Relationship Marketing

b.   Strategi Superior Karyawan koperasi

c.   Strategi Unconditional Service guarantee

d.   Strategi Penanganan Keluhan yang Efisien

e.   Strategi Peningkatan Kinerja Perusahaan

f.    Menerapkan Quality Function Deployment

  1. C.    Kerangka Konseptual dan Hipotesis
  1. Kerangka Koseptual

Kerangka Konseptual yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seperti terlihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.3

Kerangka Konseptual

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. D.      Hipotesis
    1. Faktor  jaminan (assurance), dan empati (empathy), berpengaruh terhadap minat pelanggan dalam menggunakan jasa Surya Fitnes Centre Jayapura
    2. Faktor empati (empathy), merupakan faktor yang paling dominan dan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan dalam menggunakan jasa Surya Fitnes Centre Jayapura

 

 

 

  1. E.       Defenisi Operasional
    1. Dimensi Jaminan (X1) yaitu penyampaian jaminan kepercayaan yang diberikan oleh pihak perusahaan terhadap para pelanggan, dengan indikator variabel penelitian antara lain adalah instruktur, fasilitas, lokasi, keamanan
    2. Emphaty (X2) yatu kesediaan para  karyawan untuk lebih peduli  dalam memberikan perhatian kepada para pelanggan secara individual, dengan indikator penelitian antara lain adalah :perhatian, dan pelayanan karyawan.
    3. Loyalitas Pelanggan (Y) adalah hasil maksimal yang dirasakan oleh konsumen dalam menerima pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan, dengan indikator variabel penelitian antara lain adalah; puas, nyaman, aman.

 

BAB III

METODE PENELITIAN

 

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis  menggunakan metode asosiatif dalam jenis bentuk penelitian Survei yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relative, distribusi, dan hubungan antara variabel sisiologis maupun psikologis. Penelitian survey biasanya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel yang representatif.

B.  Lokasi Dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini bertempat di Surya Fitnes Centre Jayapura yang beralamat di Jl. Percetakan No. 83 Jayapura.

C. Populasi dan Sampel

1.   Populasi

Populasi adalah “Wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Dengan demikian yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan para pelanggan Surya Fitnes Centre  berjumlah 100 orang.

2.    Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah adalah keseluruhan para pelanggan Surya Fitnes Centre  berjumlah 100 orang. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik ” Total Sampling (Nasir, 1998), sehingga total sampel dalam penelitian ini, penulis hanya mengambil 100 orang responden yang merupakan pelanggan aktif Surya Fitnes Centre  Jayapura.

 

  1. D.      Variabel Penelitian

Identifikasi Variabel Penelitian

  1. Variabel bebas; adalah variabel yang terdiri dari:

1)   Dimensi  Jaminan (X1)

2)   Dimensi Emphaty (X2)

  1. Variabel terikat adalah Loyalitas Pelanggan (Y)

E.  Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Yaitu merupakan data yang diperoleh langsung dari ersponden atau objek yang diteliti.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang telah lebih dulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi diluar dari peneliti sendiri,walaupun data yang dikumpulakn adalah data yang asli.Data sekunder ini dapat diperoleh dari perpustakaan, maupun pihak-pihak lainnya.

F. Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Observasi

2. Kuisioner (Angket)

  1. Wawancara (Interview)
  2. Studi literatur
  3. G.    Teknik Pengukuran Instrumen

Metode pengukuran instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Dengan skala likert variabel yang diukur  dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator variabel tersebut dijadikan menjadi komponen-komponen yang dapat diukur, lalu menjadi titik tolak untuk menyusun item instrumen berupa pertanyaan yang kemudian dijawab oleh responden”.

 

Tabel . Pemeringkatan Skala Likert

No Pilihan Jawaban Keterangan Bobot
1 Sangat Setuju SS Diberi Skor 5
2 Setuju S Diberi Skor 4
3 Netral N Diberi Skor 3
4 Tidak Setuju TS Diberi Skor 2
5 Sangat Tidak setuju STS Diberi Skor 1

Keterangan : Diadopsi dari sugiyono (2004:87)

  1. H.    Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan teknik analisis regresi linier berganda, yaitu penulis menganalisa secara statistic dengan menggunakan rumus yaitu :   untuk melihat dan mengetahui seberapa jauh jumlah nilai suatu variabel tergantung pada variabel lainnya. Model ini dikembangkan untuk mengestimasi nilai variabel dependen Y dengan menggunakan lebih dari satu variabel independen (X1,X2,,…Xn).

Hubungan fungsional antara variabel dependen dengan variabel independen secara umum dapat ditulis rumus sebagai berikut :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 +  ε

Dimana :

Y:                 Nilai estimasi (Loyalitas Pelanggan)

a:                  Konstanta

X1:                     Nilai variabel Jaminan (independen)

X2:                Nilai variabel Emphaty (independen)

b1,b2,b3,bn:      Koefisien regresi variabel

ε:                  Error

.

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. A.      Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Surya Fitness Centre adalah salaha satu perusahaan yang melayani masyarakat dalam jasa kebugaran. Sejak diadakannya renovasi terhadap Toko Surya yang terletak di Jl. Percetakan pada tahun 2007, maka dalam pembangunannya ditambahkan dengan ruang khusus yang terletak di lantai 3 gedung Toko Surya untuk melayani kebutuhan sekunder masyarakat kota Jayapura dan sekitarnya, yakni jasa kebugaran yang dibuka oleh pemilik Toko Surya dan diberi nama Surya Fitness Centre dengan pemilik tunggal adalah bapak Gunawan Surya.

Pada tahun 2008, Surya Fitness Centre dibentuk  dengan dilatih oleh tiga instruktur profesional dalam bidangnya dan telah banyak melayani masyarakat dalam membutuhkan kebugaran tubuh.

B.     Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

Hasil penelitian melalui instrument angkat yang dilakukan kepada pelanggan  pada Surya Fitness Centre  Jayapura, diperoleh data sesuai dengan variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, terdiri variabel bebas (independent variables) Jaminan (X1), dan emphaty (X2). Sedang variabel terikat adalah minat pelanggan (Y).

C. Hasil Analisis Data

Berdasarkan dengan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS 16 for Windows, maka diproleh hasil sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

Tabel

Ringkasan Hasil Analisis Statistik

 

Variabel

Arah

Kor

Pars.

Koef.

Reg

Nilai t

P(Sig)

Keterangan

minat pelanggan (Y)
Jaminan (X1)

(+)

0.403

0.394

4.155

0.000

Signifikan
Emphaty  (X2)

(+)

0.308

0.273

3.142

0.002

Signifikan
Konstanta     =   1.445
R2                       =  0.389
Fhit                      =  32.546

Sig   =  0,000

Signifikan

Sumber: Hasil analisis SPSS 16 for windows

Tabel di atas menunjukkan bahwa model persamaan regresinya sebagai berikut: Y = 1.445+ 0.394 X1 + 0.273 X2 + ei.

Persamaan di atas memberikan interprestasi bahwa:

  1. Nilai konstanta sebesar 1.445 menunjukkan arah positif yang berarti bahwa minat pelanggan akan menurun sebesar nilai konstanta yaitu sebesar 1.445 apabila tanpa adanya variabel jaminan dan emphaty pada Surya Fitness Centre Jayapura.
  2. Nilai koefisien regresi variabel Jaminan (X1) sebesar 0.394 menujukkan arah positif yang berarti bahwa apabila jasa pelayanan dalam bentuk jaminan ditingkatkan maka akan meningkatkan minat pelanggan pada Surya Fitness Centre Jayapura sebesar 0.394, dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya tetap.
  3. Nilai koefisien regresi variabel emphaty (X2) sebesar 0.273 menujukkan arah positif yang berarti bahwa apabila jasa pelayanan emphaty ditingkatkan maka akan meningkatkan minat pelanggan pada Surya Fitness Centre Jayapura sebesar 0.273, dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya tetap.

 

 

  1. D.    Pengujian Hipotesis
    1. 1.   Pengujian Hipotesis Parsial
      1. Jaminan (X1) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap minat pelanggan pada Surya Fitness Centre Jayapura. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien regressi sebesar 0.403, nilai thitung sebesar 4.155 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Dengan demikian hipotesis penelitian yaitu jaminan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat pelanggan karena probabilitinya lebih kecil dari tingkat alpha yang dipersyaratkan yaitu α = 0.05. Di samping itu nilai korelasi parsial jaminan terhadap minat pelanggan pada pada Surya Fitness Centre Jayapura sebesar 0.403, dengan demikian pengaruh pemberian jaminan terhadap minat pelanggan pada Surya Fitness Centre Jayapura sebesar 40.3%.
      2. Emphaty (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap minat pelanggan pada Surya Fitness Centre Jayapura. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien regressi sebesar 0.273, nilai thitung sebesar 3.142 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.002. Dengan demikian hipotesis penelitian yaitu emphaty mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat pelanggan karena probabilitinya lebih kecil dari tingkat alpha yang dipersyaratkan yaitu α = 0.05. Di samping itu nilai korelasi parsial reliability terhadap minat pelanggan pada pada Surya Fitness Centre Jayapura sebesar 0.273, dengan demikian pengaruh emphaty terhadap minat pelanggan pada Surya Fitness Centre Jayapura sebesar 27.3%.
      3. 2.      Pengujian Hipotesis Simultan

Hasil analisis statistik melalui Program SPSS 16  for windows diperoleh hasil sebagaimana pada tabel 7 di atas, menujukkan bahwa secara bersama-sama/simultan variabel jaminan (X1), emphaty (X2) mempunyai berpengaruh yang signifikan dan positif terhadap minat pelanggan pada Surya Fitness Centre Jayapura, yang dapat ditunjukkan melalui  Fhitung = 32.546  dan P (sig) = 0,000 < 0,050. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa secara simultan variabel jaminan (X1), emphaty (X2) mempunyai berpengaruh terhadap minat pelanggan pada Surya Fitness Centre Jayapura adalah terbukti.

Kontribusi variabel jaminan (X1), emphaty (X2) terhadap minat pelanggan pada Surya Fitness Centre Jayapura yang dapat ditunjukkan melalui besarnya koefisien determinasi (R2) = 0,389 atau 38.9% .variasi dari minat pelanggan pada Surya Fitness Centre Jayapura dapat  dijelaskan oleh variabel bebas ini dan   dan sisnya 64.1% ditentukan oleh faktor lain di luar dari model yang diteliti.

  1. 3.      Pengujian Variabel yang Dominan

Hasil analisis menunjukkan bahwa dari beberapa variabel bebas terdiri jaminan (X1), emphaty (X2) diperoleh nilai nilai koefisien korelasi parsial yang paling tinggi adalah variabel jaminan (X1) sebesar 0.403 dengan nilai t hitung yang paling besar yaitu sebesar 4.155 dengan nilai signifikannya yang paling kecil yaitu 0.000,  dibandingkan dengan variabel bebas lainnya.  Dengan demikian bahwa variabel jaminan yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap minat pelanggan pada Surya Fitness Centre Jayapura.

 

BAB V

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai Faktor-faktor yang berpengaruh Terhadap Minat Pelanggan Menggunakan Jasa Surya Fitnes Centre di Jayapura, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Model persamaan regresinya sebagai berikut: Y = 1.445+ 0.394 X1 + 0.273 X2 + ei

  1. Jaminan (X1), emphaty (X2) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap minat pelanggan pada Surya Fitness Centre Jayapura. Secara simultan variabel jaminan (X1), emphaty (X2) mempunyai berpengaruh yang signifikan dan positif terhadap Minat Pelanggan Menggunakan Jasa Surya Fitnes Centre di Jayapura.
  2. Kontribusi variabel jaminan (X1), emphaty (X2) terhadap minat pelanggan pada Surya Fitness Centre sebesar (R2) = 0, 389 atau 38.9%. Variabel jaminan (X1) mempunyai pengaruh yang dominan minat pelanggan pada Surya Fitness Centre.

B.     Saran – Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian, maka  ada beberapa hal yang perlu disarankan baik kepada pelanggan dan  pimpinan pada Surya Fitness Centre, antara lain:

  1. Emphaty mempunyai pengaruh yang dominan terhadap minat pelanggan pada Surya Fitness Centre, maka hendakya pimpinan menerapkan jasa pelayanan dengan maksimal terhadap pelanggan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan yang berada di bawah asuhan Surya Fitness Centre.
  2. Variabel jaminan (X1), emphaty (X2) mempunyai pengaruh terhadap minat pelanggan pada Surya Fitness Centre Jayapura, oleh karena itu hendaknya faktor-faktor tersebut menjadi perhatian bagi pimpinan dan dan karyawan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchori, 2003, Pemasaran Stratejik Jasa, Cetakan Pertama, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Amirullah,2002, Pemasaran Jasa, Cetakan Pertama, Penerbit Alfabeta, Bandung Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Aaker dalam Engel, 1994, Strategic Planing Cetakan Pertama, Penerbit Ekonesia Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta

Engel, 1994, Strategic Planing Cetakan Pertama, Penerbit Ekonesia Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta

Goetsh dan Davis dalam Tjiptono dan Diana 2000, Pemasaran, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Kotler 2002, Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan control, Addison Wesley Publishing Company, United State

Lupiyoadi 2001, Riset Pemasaran Perilaku Masyarakat, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

M.Ali Gunawan, 2004,Analisis Regresi Sederhana, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Nasir, M. 1998, Metodologi Penelitian, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Othman dan Owen 2000, Human Behavior at Work: OrganizationalBehavior, McGraw-Hill Publishing Company, New Delhi

Payne,2000, Strategic Planing for Public, terjemahan oleh Budiono, Hastabuana, Jakarta

Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Pemasaran, Cetakan Pertama, Penerbit, CV. Cahaya Press, Malang

Surahchmat, 2006, Penelitian Terapan, Rineka Cipta, Jakarta

Tjiptono, 2000, Riset Pemasaran, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Umar, Husein, 2000, Riset Pemasaran Perilaku Masyarakat, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Widayat, 2004, Metode Penelitian Pemasaran, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit, CV. Cahaya Press, Malang.

Widayat dan Amirullah, 2002,Riset Bisnis, Edisi 1, Malang: CV. Cahaya Press

Yazid, 2001, Pemasaran Jasa Konsep dan Implementasi, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit Ekonesia Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta

 

 

 

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK PEMBANGUNAN DAERAH

(ini karyaku)….. ambilah secara baik-baik dengan mengirim email anda)

BAB I

PENDAHULUAN

  1. A.  Latar Belakang

Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total assets. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar. ROA juga merupakan perkalian antara faktor net income margin dengan perputaran aktiva. Net Income Margin menunjukkan kemampuan memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan perputaran aktiva menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimilikinya. Apabila salah satu dari faktor tersebut meningkat (atau keduanya), maka ROA juga akan meningkat.

Hal inilah yang menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan dan untuk mencari tahu faktor-faktor apa yang mempengaruhinya, khususnya yang terkait dengan resiko usaha bank. Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penulis mengambil judul “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Kinerja Keuangan Bank Pembangunan Daerah”

  1. B.     Rumusan Masalah
  2.  Apakah rasio keuangan Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), Non Performing loan (NPL) dan Loan To Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap kinerja keuangan Bank Pembangunan Daerah di Indonesia yang diukur dengan Return On Asset (ROA)?
  3. Variable-variabel manakah yang paling dominan mempengaruhi kinerja keuangan Bank Pembangunan Daerah di Indonesia  yang diukur dengan Return On Asset (ROA)?
    1. C.    Tujuan Penelitian
    2. Untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), Non Performing loan (NPL) dan Loan To Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap kinerja keuangan Bank Pembangunan Daerah di Indonesia yang diukur dengan Return On Asset (ROA).
    3. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja keuangan Bank Pembangunan Daerah di Indonesia  yang diukur dengan Return On Asset (ROA).
      1. D.    Manfaat Penelitian

1.  Bagi Praktisi sebagai bahan pertimbangan dan sekaligus masukan terkait dengan pemberian pembiayaan modal usaha.

2.   Bagi Akademisi atau Teoritis dapat menjadi bahan referensi dan data tambahan dan merupakan pengalaman dalam meneliti terkait dengan melihat dan menulis secara langsung serta pengimplimentasian ilmu yang telah didapat dari bangku kuliah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

  1. A.  Review Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Karyawati (2009) meneliti tentang Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Kinerja Keuangan pada Bank Pengkreditan Rakyat Boyolali, menunjukkan bahwa secara simultan CAR, LDR, NPM dan BOPO berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan Bank Pengkreditan Rakyat. Dalam penelititian tersebut, LDR memberikan pengaruh paling besar terhadap harga saham, yang berarti bahwa investor akan lebih memilih bank-bank yang mampu membiayai operasinya dengan modal atau apabila harus dibiayai dengan hutang, maka bank tersebut harus bisa mengembalikannya dengan asset yang dimiliki. Sedangkan Penelitian yang dilakukan sekarang adalah meneliti CAR, BOPO, NIM, NPL, LDR terhadap ROA pada Bank Pembangunan Daerah yang ada di Indonesia.

Penelitian yang dilakukan Yani (2007) meneliti tentang Evaluasi Rasio Laverage untuk Meningkatkan Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia menunjukkan bahwa  hasil total hutang dan asset berdasarkan analisis kinerja keuangan dengan menggunakan Financial Leverage sangat ditentukan oleh faktor total aktiva dan pasiva perusahaan yang di hitung dengan menggunakan analisis perhitungan ROI dengan sistem Profit margin dan Asset  Utilization. Pada tahun 2009 total asset perusahaan dalam menjalankan keuangan perbankan mengalami penurunan sebesar 17 % dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 13 %. Sedangkan penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh semua rasio keuangan terhadap kinerja keuangan Bank Pembangunan Daerah.

Penelitian yang dilakukan oleh Sri (2009) meneliti tentang Rasio CAMEL (CAR, ALR, NPM, LDR ) terhadap Kinerja Keuangan pada Bank Pengreditan Rakyat Jawa Timur menunjukkan bahwa secara parsial CAR & NPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan, sedangkan ALR & LDR tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Secara simultan, CAR, ALR, NPM, dan LDR berpengaruh secara postif dan signifikan terhadap kinerja keuangan. Sedangkan penelitian yang dilakukan lebih memfokuskan variabel variabel mana yang mempengaruhi kinerja keuangan.

  1. B.  Landasan Teori
    1. 1.      Bank.

Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. bangku inilah yang dipergunakan oleh bank untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Bank termasuk perusahaan industri jasa karena produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat.

Dalam  UU No. 10 Tahun 1998 (UU Perbankan) pasal 1 ayat 2, menyatakan, “ Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat  dalam bentuk simpanan dan menyalurkanya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat  banyak”. Dari pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi bank dalam sistem hukum perbankan di Indonesia sebagai intermediary bagi masyarakat yang surplus dana dan masyarakat yang kekurangan dana.

  1. 2.   Kinerja Keuangan

Menurut Hasibuan (2000:41) mendefinisikan bahwa kerja adalah sejumlah aktifitas fisik dan mental yang dilakukan seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Dalam konteks perusahaan, kinerja adalah hasil kerja yang menggambarkan tingkat pencapaian dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mewujudkan misi, visi sasaran dan tujuan perusahaan. Menurut Mathis and Jackson mendefinisikan bahwa kinerja merupakan rangkaian yang kritis antara strategi dan hasil organisasi. Veithzal (2004:309) mengemukakan bahwa kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.

  1. C.    Kerangka Konseptual

Agar dalam pelaksanaan penelitian ini lebih terarah, penulis mencoba menuangkan dalam bentuk kerangka konseptual antara lain adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Konseptual

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. D.    Hipotesis
  2. Rasio keuangan Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), Non Performing loan (NPL) dan Loan To Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap kinerja keuangan Bank Pembangunan Daerah di Indonesia yang diukur dengan Return On Asset (ROA).
  3. Capital Adequacy Ratio (CAR), factor yang dominan berpengaruh terhadap kinerja keuangan Bank Pembangunan Daerah di Indonesia yang diukur dengan Return On Asset (ROA).

BAB III

METODE PENELITIAN

  1. A.      Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dapat ditinjau dari berbagai aspek diantaranya : Berdasarkan sifat masalahnya, penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian kolerasional adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan atau pengaruh antar variabel. Disini variabel yang dimaksud yaitu variabel bebas (Capital Adequacy Ratio, Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing loan, dan Loan To Deposit Ratio) serta variabel terikat Return On Asset.

  1. B.       Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Bank Indonesia dengan mengcopy data yang tercantum dalam “ Direktori Perbankan Indonesia selama tahun 2006 dan 2011”. Sedangkan waktu penelitian dilakukan selama 2 (dua) bulan.

  1. C.      Populasi dan Sampel

Sugiyono (2005:55) mengemukakan bahwa Populasi merupakan totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Sugiyono (2005:56) juga mengemukakan bahwa Sampel adalah bagian dari populasi. Berdasarkan definisi diatas maka Populasi dari penelitian ini adalah Bank Pembangunan Daerah di Indonesia. Sedangkan sampelnya adalah 26 Bank Pembangunan Daerah yang tersebar di Indonesia saat ini.

  1. D.      Variabel Penelitian
  2. Variabel Dependen (Bebas) adalah (Capital Adequacy Ratio, Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional, Net Interest Margin, Non Performing loan, dan Loan To Deposit Ratio).
  3. Variabel Independen (terikat) adalah Return On Asset.

 

  1. E.       Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data  yang digunakan  yaitu dengan mengcopy atau mencatat data yang    tercantum    dalam   Direktori Perbankan Indonesia 2008-2011.

  1. F.       Teknik Analisis Data
    1. 1.      Analisis Regresi Berganda

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel independen (CAR, NPL, BOPO, NIM,  LDR) terhadap kinerja keuangan bank daerah sebagai variabel dependen. Persamaan regresi dapat dituliskan sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ b4X4 +b5X5 + e

Keterangan :

Y   = Return On Asset (ROA)

a    = Konstanta

X1 = Capital AdequacyRatio (CAR)

X2 = Biaya Operasi/Pendapatan Operasi (BOPO)

X3 = Non Performing Loan (NPL)

X4 = Net Interest Margin (NIM)

X5 = Loan to Deposit Ratio (LDR)

b1, …, bn = Koefisien regresi

e     = error term

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. A.       Gambaran Umum
    1. 1.      Gambaran Umum Objek Penelitian

Adapun data tentang dinamika pergerakan rasio-rasio keuangan Bank Pembangunan Daerah dari periode Juni 2006 sampai dengan juni 2011, gambaran statistik secara umum ditampilkan pada gambar 2 berikut ini:

Gambar 2

 Dinamika Rasio Keuangan ROA, CAR, BOPO, NPL, NIM, dan LDR Periode Juni 2006 sampai dengan Juni 2011 (dalam persen)

Sumber: Laporan Keuangan Publikasi BI (diolah).

Kemudian secara lebih detail, dinamika rasio keuangan ROA, CAR, BOPO, NPL, NIM, dan LDR perusahaan perbankan Bank Pembangunan Daerah yang tercatat di Bank Indonesia dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:

 

 

 

 

 

 

  1. B.     Hasil Analisis Data dan Pembahasan

Berdasarkan dengan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS 16 for Windows, maka diproleh hasil sebagai berikut:

Tabel 6

Ringkasan Hasil Analisis Statistik

Variabel

Arah

Kor

Pars.

Koef.

Reg

Nilai t

P(Sig)

Keterangan

ROA (Y)
CAR (X1)

(+)

0.520

0.315

2.888

0.009

Signifikan
BOPO  (X2)

(+)

0.520

0.303

2.788

0.011

Signifikan
NPL  (X3)

(+)

0.625

0.307

3.665

0.001

Signifikan
NIM (X4)

(+)

0.573

0.336

3.201

0.004

Signifikan
LDR (X5)

(+)

0.389

0.236

1.938

0.066

Signifikan
Konstanta     =  – 0.687
R2                       =  0.756
Fhit                      =  20.409

Sig   =  0,000

Signifikan

Sumber: Hasil analisis SPSS 16 for windows

Tabel di atas menunjukkan bahwa model persamaan regresinya sebagai berikut: Y = – 0.687 +0.315 X1 + 0.303 X2 + 0.307X3 +0.336 X4+0.236 X5+ ei.

Persamaan di atas memberikan interprestasi bahwa:

  1. Nilai konstanta sebesar -0.687 menunjukkan arah negative yang berarti bahwa kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA akan menurun sebesar nilai konstanta yaitu sebesar -0.687 apabila tanpa adanya variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), Non Performing loan (NPL) dan Loan To Deposit Ratio (LDR).
  2. Nilai koefisien regresi variabel Capital Adequacy Ratio (X1) sebesar 0.315 menujukkan arah positif yang berarti bahwa apabila Capital Adequacy Ratio ditingkatkan maka akan meningkatkan kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA sebesar 0.315, dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya tetap.
  3. Nilai koefisien regresi variabel Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (X2) sebesar 0.303 menujukkan arah positif yang berarti bahwa apabila  Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional ditingkatkan maka akan meningkatkan kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA sebesar 0.303, dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya tetap.
  4. Nilai koefisien regresi variabel Non Performing loan (X3) sebesar 0.307 menujukkan arah positif yang berarti bahwa apabila Non Performing loan ditingkatkan maka akan meningkatkan kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA sebesar 0.307, dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya tetap.
  5. Nilai koefisien regresi variabel Net Interest Margin (X4) sebesar 0.336 menujukkan arah positif yang berarti bahwa apabila  Net Interest Margin ditingkatkan maka akan meningkatkan kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA sebesar 0.336, dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya tetap.
  6. Nilai Koefisien Variabel Loan To Deposit Ratio (X5) sebesar 0.236 menunjukkan arah positif yang berarti bahwa apabila Loan To Deposit Ratio ditingkatkan satu unit satuan maka akan meningkatkan kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA sebesar 0.236, dengan asumsi bahwa variabel lainnya tetap.
    1. C.    Pengujian Hipotesis
      1. 1.   Pengujian Hipotesis Parsial
        1. Capital Adequacy Ratio (X1) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien regressi sebesar 0.520, nilai thitung sebesar 2.888 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.009. Dengan demikian hipotesis penelitian yaitu Capital Adequacy Ratio mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA karena probabilitinya lebih kecil dari tingkat alpha yang dipersyaratkan yaitu α = 0.05.
        2. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien regressi sebesar 0.520, nilai thitung sebesar 2.788 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.011. Dengan demikian hipotesis penelitian yaitu Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA karena probabilitinya lebih kecil dari tingkat alpha yang dipersyaratkan yaitu α = 0.05.
        3. Loan To Deposit Ratio (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien regressi sebesar 0.625, nilai thitung sebesar 3.665 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.001. Dengan demikian hipotesis penelitian yaitu Loan To Deposit Ratio mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA karena probabilitinya lebih kecil dari tingkat alpha yang dipersyaratkan yaitu α = 0.05.
        4. Net Interest Margin (X4) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien regressi sebesar 0.573, nilai thitung sebesar 3.201 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.004. Dengan demikian hipotesis penelitian yaitu Net Interest Margin mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA karena probabilitinya lebih kecil dari tingkat alpha yang dipersyaratkan yaitu α = 0.05.
        5. Loan To Deposit Ratio (X5) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien regressi sebesar 0.389, nilai thitung sebesar 1.938 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.066. Dengan demikian hipotesis penelitian yaitu Loan To Deposit Ratio mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA karena probabilitinya lebih kecil dari tingkat alpha yang dipersyaratkan yaitu α = 0.05.
        6. 2.      Pengujian Hipotesis Simultan

Hasil analisis statistik melalui Program SPSS 16  for windows diperoleh hasil sebagaimana pada tabel 6 di atas, menujukkan bahwa secara bersama-sama/simultan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), Non Performing loan (NPL) dan Loan To Deposit Ratio (LDR)  mempunyai berpengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA, yang dapat ditunjukkan melalui  Fhitung = 20.409  dan P (sig) = 0,000 < 0,050. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa secara simultan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), Non Performing loan (NPL) dan Loan To Deposit Ratio (LDR)  mempunyai berpengaruh terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA adalah terbukti.

Kontribusi variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), Non Performing loan (NPL) dan Loan To Deposit Ratio (LDR)  terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA yang dapat ditunjukkan melalui besarnya koefisien determinasi (R2) = 0,756 atau 75.6% variasi dari kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA dapat  dijelaskan oleh variabel bebas  dan sisnya 24.3% ditentukan oleh faktor lain di luar dari model yang diteliti.

  1. 3.      Pengujian Variabel yang Dominan

Hasil analisis menunjukkan bahwa dari beberap variabel bebas terdiri Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), Non Performing loan (NPL) dan Loan To Deposit Ratio (LDR) diperoleh nilai nilai koefisien korelasi parsial yang paling tinggi adalah variabel Non Performing loan (X3) sebesar 0.625 dan nilai t hitung yang paling besar yaitu sebesar 3.665 dengan nilai signifikannya yang paling kecil yaitu 0.001,  dibandingkan dengan variabel bebas lainnya.  Dengan demikian bahwa variabel Non Performing loan (X3) yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia dengan ROA.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

  1. A.    Kesimpulan
    1. Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhada Return on Asset (ROA). Hal ini membuktikan bahwa peran kecukupan modal bank dalam menjalankan usaha pokoknya, adalah hal yang mutlak harus dipenuhi. Dengan terpenuhinya CAR oleh bank maka bank tersebut dapat menyerap kerugian-kerugian yang dialami, sehingga kegiatan yang dilakukan akan berjalan secara efisien, dan pada akhirnya laba yang diperoleh bank tersebut semakin meningkat. Dengan meningkatnya laba, maka akan berdampak juga pada meningkatnya kinerja keuangan bank tersebut.
    2. Efisiensi Operasi (BOPO) berpengaruh negatif signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Semakin tinggi rasio BOPO maka dapat dikatakan kegiatan operasional yang dilakukan bank tersebut tidak efisien. Begitu pula sebaliknya semakin rendah rasio BOPO maka kegiatan operasional bank tersebut akan semakin efisien. Bila semua kegiatan yang dilakukan bank berjalan secara efisien, maka laba yang akan didapat juga semakin besar yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja keuangan bank tersebut.
    3. Non Performing Loan (NPL) pada penelitian ini secara statistik tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA). Jadi berapapun nilai rasio Non Performing Loan (NPL) tidak tidak mempengaruhi besar kecilnya rasio Return on Asset (ROA). Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran bank dalam menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi tidak berjalan dengan baik.
    4. Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Hal ini berarti kemampuan bank dalam memperoleh laba dari bunga berpengaruh terhadap baik buruknya kinerja keuangan bank tersebut. Jika dalam perolehan rasio NIM bank meningkat, maka kinerja keuangan bank tersebut juga akan meningkat.
    5. Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Dengan demikian tingkat likuiditas suatu bank berpengaruh terhadap kinerja keuangan bank. Semakin optimal tingkat likuiditas bank tersebut, maka dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit semakin besar. Dengan semakin besarnya kredit yang diberikan, maka laba yang akan diperoleh juga semakin besar. Sehingga kinerja keuangan bank akan meningkat.
    6. Dari kelima variable independen yang diuji pengaruhnya terhadap variable dependen (dalam hal ini ROA), diketahui bahwa variable independen BOPO mempunyai pengaruh yang paling besar dari pada keempat variable lainnya (satu variable tidak signifikan), yaitu dengan koefisien sebesar 3,404%. Tanda minus (-) menunjukkan bahwa BOPO mempunyai hubungan yang berbanding terbalik terhadap ROA. Setiap kenaikan rasio BOPO 1%, maka akan berakibat turunnya rasio ROA sebesar 3,404%. Demikian juga sebaliknya jika rasio BOPO turun sebesar 1% maka akan mengakibatkan naiknya rasio ROA sebesar 3,404%.
    7. B.  Saran

Untuk penelitian mendatang diharapkan meneliti faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya penyaluran kredit oleh perusahaan perbankan di Indonesia (khususnya perusahaan perbankan yang tercatat di BEJ). Kemudian dalam kaitannya dengan pihak investor, pada penelitian mendatang diharapkan dari kinerja internal (kinerja keuangan) perusahaan perbankan ini, dikembangkan pada kinerja eksternal Bank Pembangunan Daerah

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Totok Budi Santoso, Bank dan Lembaga Keuangan lain, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2000

Helfert dalam Warsidi dan Bambang 2000:1

Karyawati, Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Kinerja Keuangan pada Bank Pengkreditan Rakyat Boyolali, 2009

Yani, Evaluasi Rasio Laverage untuk Meningkatkan Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia, 2007

Sri, Rasio CAMEL (CAR, ALR, NPM, ROA, LDR ) terhadap Kinerja Keuangan pada Bank Pengkreditan Rakyat Jawa Timur, 2009

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan

Kasmir, Manajemen Perbankan, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta 2001

www.bi.go.id

Media cetak Indonesia (Info Bank), Indonesian Capital Market Directory (ICMD)

Indonesianstockexchange (idx).

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.

Jogiyanto H.M. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga.Yogyakarta : BPFE, 2003

Imam Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi 3. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

 

 

HBS (Hegere Burger School)

Istilah HBS untuk petama kali muncul di daerah ini pada tanggal 1953. Ketika itu disebut HBS 3 tahun yang mempunyai derajat pendidikan sama dengan Cocordoaf Mulo di negeri Belanda atau dapat pula dikatakan tidak berbeda dengan Mulo yang diselenggarakan pemerintah Irian Jaya. Derajat HBS ini dipandang sama dengan Mulo karena dilihat dari syarat-syarat masuk sekolah menengah ini adalah sama dengan syarat masuk Mulo.
Pembukaan HBS 3 tahun di kotabaru mecerminkan kegiatan yayasan (Missi) dalam usaha memnuhi keinginan – keinginan pendidikan lanjutan, sekaligus memnuhi harapan-harapan orang tua anak-anak didik mereka. Pembukaan HBS 3 tahun itu adalah sejalan dengan pembukaan PMS di kotabaru. HBS tersebut adalah milik katolik Roma sebagai HBS pertama Di Irian Jaya yang mengimbangi Mulo Papua (PMS) dipandang masyarakat bermutu tinggi dan deftig.
Tentu saja kita mendengar istilah “ Mulo Papua Deftig” diabad kemerdaan ini rasanya janggal tetapi pada waktu itu dimana daerah ini masih dalam pemerintah jajahan, istilah itu betul-betul bermutu tinggi.
Pendirian HBS 3 tahun maupun PMS diijinkan oleh pemerintah karena kedua yayasan pengelola pendidikan yang ada dipandang mempunyai pengaruh yang besar dan cukup mampu untuk mengelola sekolah-sekolah tersebut.
Perkembangan HBS 3 tahun milik Missi katolik kemudian diubah menjadi HBS 5 tahun penuh. Bahkan setelah diadakan musyawarah antara pemerintah dengan yayasan pengelola HBS dan PMS hasilnya, HBS 5 tahun diubah statua dan diberi nama secara resmi “HBS Gabungan” artinya HBS 5 tahun itu diurus secara kerjasama oleh yayasan Kristen katolik dan yayasan Kristen prostetan. Temptnya bukan lagi di kotabaru (Abepura), melainkan dipindahkan ke Hollandia (Jayapura). HBS Gabunga kedua yayasan itu mulanya ditentukan oleh pemerintah menjadi HBS 6 tahun, tetapi berkat usaha pihak-pihak yang berkepentingan terutama orang tua murid, maka HBS di tanah Belanda.
Memang usul orang tua itu beralasan kuat dalam HBS di negeri Belanda hanya 5 tahun lamanya studi.
Syarat-syarat untuk diterima di HBS Gabungan tersebut adalah :
a) yang diterima kelas I, ialah siswa pindahan sebuah Mulo dengan rapor yang memnuhi syarat ;
b) seorang siswa, pemegang ijazah Mulo di HBS Gabungan ia ditempatkan ditingkat III (tiga). Bahkan pernah diusul untuk ditempatkan di tingkat IV (empat) tetapi ditolak oleh Majelis Leaarnya HBS Gabungan.
Data di bawahini menunjukan keadaan siswa HBS Gabungan itu per 31 Oktober 1958 (tahun permulaan HBS atau mendapat status HBS penuh).
Dalam tahun-tahun terakhir pemerintah Belanda di daerah ini, sesuai Onderwijs planning pemerintah tahun 1957 – 1958, terkandung niat untuk mengadakan susunan baru HBS di daerah ini. Hal tersebut agar terjadi semacam sekolah sambungan untuk menerima lulusan PMS, sekaligus terbuka kemungkinan lebih besar untuk putra/putrid Irian Jaya mendapat kesempatan studi lanjut. Untuk itulah abituren-abituren PMS dibagi atas tiga bagian yaitu bagian A, B, dan C pada lulusan PMS, adalah :
– Putra/putri yang menurut bakatnya hanya mampu menempuh bagian Adan C saja, dan sesudah menamatkan studi di PMS dapat melanjutkan pada salah satu kursus Vak di daerah ini juga atau pada OSIBA (Opledings School Voor Inheheemse Berstuurs Amtemaren) ;
– Yang mengikuti pelajarannya pada bagian lain (B), sesudah diseleksi, mempunyai kemungkinan untuk meneruskan pelajaran di tanah Belanda. Sayang sekali rencana tersebut diambrukkan ole Trikora.
Setelah daerah ini kembali ke Pangkuan Republik Indonesia, maka dengan segera dibuka 4 buah HBS (yang dterjemahkan menjadi Sekoah Menengah Atas), 4 buah SMA dimaksud adalah :
a. SMA Gabungan (bekas HB Gabungan) di jayapura, milik katolik dan protestan ;
b. SMA negeri di Sorong
c. SMA JPK di Biak, dan
d. SMA JPPK di Marauke.
Keempat SMA tersebut diatas terbuka bagi umu (putra-putri Indonesia ) dengan syarat utama bagi calon adalah harus berijasah PMS/atau SMP.
Ad.4. PMS
PMS pertama yang dibuka di Irian Jaya ialah PMS di Kotaraja dalam letaknya tidak jauh dari abepura (ketika itu tersebut kotabaru dalam). Dalam sejarah perkembangan pendidikan dan pengajaran di Irian Jaya , pembukaan PMS di kotaraja dalam masa itu sangat besar artinya. Karena dengan dibukanya PMS tesebut , maka terbukalah pintu gerbang bagi putra/putri Irian Jaya untuk memperolah kemungkinan masuk ke dalam dunia pendidikan yang lebih luas, karena sampai apda waktu itu hanya satu kemungkinan saja ialah : Sekolah Guru kampung (opleiding school valk onderwijzer = normaalcursus), di Miei.(Pada pasal “sekolah pendidikan guru” anak-anak aitumire, hakekatnya itu telah diuraikan sedikit panjang lebar).Yang membuka PMS pertama tersebut ialah “Yayasan persekolahan Kristen”YPK”, yaitu pada tahun 1950. Pembukaan PMS yang bersejarah itu, baru diterima secara resmi oleh pemerintah, setelah melalui perundingan-perundingan yang panjang antara pihak pemerintah dan yayasan yang bersangkutan, denganmemakan waktu, tenaga dan pikiran yang cukup banyak. Berkat keuletan yayasan dalam mempertahankan pendirinannya dan cita-citanya dalam dunia pendidikan di daerah ini, akhirnya pihak pemerintah memberikan pengakuan secara resmi. Negoisasi yang berkepanjangan itu, pihak pemerintah benar-benar memperhatikan pembukaan PMS tersebut, mengingat :
a. Keseimbangan kebijaksaan pemerintah terhadap yayasan lain yang juga beroperasi di Irian Jaya, terutama yayasan Roma katolik. Perlu dikemukakan bahwa serikat Roma katolik di tanah Belanda berpengaruh besar dan mempunyai kursi yang cukup kuat di parlemen. Dengan sendirinya pula pengaruh besar di tanah Belanda itu mempunyai imbas yang bukan kepalang dalam tepuk pemerintah di daerah ini;
b. Badan pekabaran injil pihak Kristen protestan sudah sejak dulu mengambil peranan bear dalam dunia pendidikan dan pengajaran di Irian Jaya ; sehingga pada tahun 1950 badan ini mempunyai data kongkrit yang cukup untuk pendirian sebuah PMS, dan
c. Dana subsidi yang dibutuhkan untuk pembukaan sebuah PMS cukup besar jumlahnya, yang dipikirakan sebesar NF. 200.000.
Untuk penjelasannya bagian (a) dan (b) perlu dicantumkan disini mengenai voedingschoolen untuk sekolah menengah pertama : “yang diterima masuk sekolah menngah pertama (PMS), ialah abituren-abituren (lepasan) sekolah-sekolah sambungan (vervolgschoolen)”.
Perkembangan sekolah-sekolah sambungan sangat dipengaruhi oleh perkembangan sekolah-sekolah desa, bukan sekolah-sekolah peradaban, dan selanjutnya perkembangan sekolah-sekolah menengah pertama banyak dipengaruhi oleh sekolah-sekolah sambungan yang ada.
Kiranya fakta sebagaimana disebutkan di atas dengan sendirinya merupakan alasan kuat untuk yayasan persekolahan Kristen protestan mendapat prioritas untuk membuka PMS yang pertama itu di daerah ini. Lazim oleh kalangan massa sekolah di kotaraja itu disebut : :Mulo Papua” suatu nama diwaktu itu yang amat popular. Di tinjau dari sudut religius, nama itu besar pengaruhnya, nama itu juga ikut mendorong kualitas sekolah tersebut. Mulo Papua ini dimata masyarakat bumi putra sangat tinggi nilainya, sebaliknya bila dipandang dari sudut nasional ternyata penamaan itu untuk membedakan dengan Mulo pemerintah yang dikhususkan bagi anak-anak Eropa. (dalam fasal tentangMulo/Milo, telah diberikan uraian lengkap tentang perbedaan antara Mulo Papua dan Mulo pemerintah itu).
Delapan tahun lamanya sekolah itu sendiri beroperasi dengan panji PMS di daerah ini. Selama itu pula tiap tahun berduyun-duyun dari segala penjuru daerah ini pemuda-pemuda /pemudi-pemudi menuju kotaraja. Delapan tahun itu sampai tahun 1958. dalam babakan waktu itu, sekolah menengah pertama itu 5 kali mengeluarkan hasilnya, dengan perincian kelulusan sebagai berikut :
Lulusan angkatan 1 : 15 orang, tahun 1953 ;
Lulusan angkatan 2 : 22 orang, tahun 1954 ;
Lulusan angkatan 3 : 23 orang, tahun 1955 ;
Lulusan angkatan 4 : 25 orang, tahun 1957 ;
Lulusan angkatan 5 : 16 orang, tahun 1958 ;
Selama delapan tahun itu, tidak/ belum ada PMS lain yang dibuka. Baru pada awal tahun ajaran 1958/1959 muncul PMS-PMS lainnya yakni :
1. PMS di Hollandia-Binnen, milik katolik Roma
2. PMS di Manokwari, Milik Yayasan Kristen protestan
3. PMS Sorong, milik Pemerintah. Sehingga dalam tahun 1958 di seluruh daerah ini ada
4. buah PMS. Oleh sebab itu tahun pelajaran sejak tahun 1956 diubahkan dari tiga menjadi empat tahun, nyatalah PMS kotaraja itu satu-satunya, yang mengeluarkan hasilnya sampai tahun 1961 :
Lulusan ke-6 : 26 orang, tahun 1959 ;
Lulusan ke-7 : 36 orang, tahun 1960; dan
Lulusan ke-8 : 18 orang, tahun 1961.
Sampai tahun 1961 : PMS kotaraja milik yayasan persekolahan Kristen protestan ini, yang memberikan hasilnya.
Catatan :
Tahun 1956 tidak tercatat dalam daftar hasil lulusan ialah karena sampai tahun itu PMS (Mulo Papua) ada 3 (tiga)tahun pelajaran (driejarige SMP) dan sejak tahun itu dan seterusnya menjadi vierjarige SMP.
Pada tahun 1985 di seluruh daerah ini telah ada empat buah PMS :
Zending : 1 di kotaraja (kotabaru)
1 di Manokwari
Missi : 1 Hollandia-Binnen
Negeri : 1 di Sorong
Pada tahun itu juga murid pada PMS-FMS yang ada berjumlah pria 181 orang, dan juga wanita 24 orang, dengan persebaran :
PMS Kotaraja : pria 117, wanita 11;
PMS Manokwari : pria 26, wanita 1;
PMS Hollandia Binnen : pria 27, wanita 0; dan
PMS Sorong : pria 17, wanita 12.
Sekolah-sekolah yang menjadi voedingscholen, ialah :
Zending : 1. SSP di Joka (Hollandia)
2 SSW di Genyem (Hollandia)
3 SSP di Serui (Japen)
4 SSW di Serui (Japen)
5 SSP di Korido (Biak)
6 SSW di Korido (Biak)
7 SSP di Miei (Manokwari)
8 SSP di Saoka (Sorong)
9 SSW di Sorong (Sorong)
10 SSP di Teminabuan (Teminabuan)
11 SSW di Teminabuan (Teminabuan)
12 SSP di Fak-fak (Fak-fak)
13 SSW di Fak-fak (Fak-fak)
Missi 14 SSC di Fak-fak (Fak-fak)
15. SSC di Kokonao (Mimika)
16. SSP di Marauke (Marauke)
17. SSW di Marauke (Marauke)
18. SSC di Mindiptana (Marauke)
Negeri / Pemerintah : Nihil
Jumlah : Zending 13 buah, Missi 5 buah = 18 buah SS.
Pemerintah membuka PMS di sorong, sesungguhnya merupakan suatu kekecualian sebab disana tidak terdapat sebuah sekolah sambungan yang menyiapkan lulusannya masuk PMS. Hal ini disebabkan karena sejak tahun 1938 Sorong makin menarik perhatian, yang dorong oleh hal-hal sebagai berikut :
a) Sorong menjadi sentral perusahan minyak, NNPM, sehingga dengan sendirinya perusahan minyak itu membutuhkan tenaga-tenaga kerja yang trampil.
b) Untuk sementara tenaga-tenaga kerja itu sebagian besar (employ-employ, klerk-klerk dan tukang-tukang dan petugas-petugas lainnya) didatangkandari luar daerah ini, yaitu : Ambon, Kei, Minahasa, Jawa, dan beberapa daerah lainnya di Indonesia ; dan
c) Umunya, sebagaian bangsa Indonesia (istilah yang lazim digunakan ketika itu) dengan keluarganya, dengan sendirinya pendidikan bagi anak-anak tenaga-tenaga tersebut, harus disediakan, itulah sebabnya NNGPM di sorong membuka “ Sekolah Rendah Umum “, yang disebtu secara resmi oleh NNGPM itu : “Indonesiaasche Lagere School”. Muridnya cukup banyak dan mereka-merka lulusan dari sekolah inilah yang mrnjadi input untuk pendirian PMS di Sorong. Semua mata pelajaran disampaikan dengan bahasa pengantarnya (Veertaal) 100% bahasa Indonesia.
Setelah pembukaan PMS kotaraja dalam oleh Zending, maka pada tahun 1958 Missi katolik membuka PMSnya yang berkedudukan di Hollandia-Binnen. Pendirian kedua PMS itu melalui tingkat-tingkat negoisasi yang berkepanjangan, bahwa terjadi perang pena. Hal yang disebutkan terakhir ini kemudiam mengantarkan permasalahan-permasalahan itu untuk dibahas dalm parlemen.
Meskipun pembukaan kedua sekolah menengah itu menyebabkan perang pena pihak swasta Zending dan Missi dengan pemerintah, tetapi pemerintah tetap memenuhi tanggung jawabnya.
Zending dan Missi mendapat fsilitas-fasilitas yang menguntungkan bagi kedua yayasan itu.
“…………………. Mr Zinj andere in orgene, kerken en vereningingen van allerlei sart, dia de geeatelijke, sociale en lichamelijke vorming behartigen en de so bredere en diepere ontwikkkeling van het oproeiende geslancht versorgen…………………………………… op Niuew-Guinea en in andee in ontwikkeling achteggebleven gebieeden echter kent men, althans lokaal, niet die veelvormi gheid van organen, die een opvoedende functie bezitten. Het is daar gewoonlijk allen de school, die zulk een taak heft. En die taak ias, zoals we boven betoogd hebben, in sterke mate van geestelijke aard. Daarom is het gouvernement ligt. De geestelijke opvoeding immers is niet terrain van de staat.
Het lag voor de hand, dat Zending en Missie, dia uit haar aard vanaf het begin van haar werkzaamheid zich met de geestelijke volksontwikkeling bezig gehouden hadden, nu opk in het georganiseerds. De ontsluiting nvan het binnenland door het opderwijs wer dan ook aan Zending en Missie toevertroud.
Maar het Gouvernement van Nieuw-Guinea bleef verantwoordelijk voor det onderwijs…. Dr.H.Kroeskamp ex-Directeur van de Dienst van Culturele zaken in Nieuw-Guinea Studien Tahun ke 6 No. 2. April 1962 halaman 104-105 “Grondgedachten van het Onderwijsbeleid in Niuew-Guinea”.
Terjemahan bebasnya :
“………………………adalah beberapa organ, gereja dan perserikatan-perserikatan yang bermacam-macam coraknya, memperhatikan/mengurus pembentukan rohaniah, sosial dan badanlah serta menyelenggarakan perkembangan yang amat meluas dan mendalam dari generasi yang sedang berkembang…………………………… tetapi di Niuew-Guinea dan di daerah-daerah yang terbelakang perkembangannya, setidaknya-tidaknya bersifat local, organ-organ yang banyak bentuknya itu tidak memiliki fungsi yang bersifat mendidik. Di daerah-daerah ini, hanyalah sekolah yang mempunyai tugas kewajiban itu. Lagipun tugas itu, seperti yang diterangkan di atas, bersifat rohaniah yang kuat. Itulah sebabnya, tugas kewajiban itu bukanlah kewajiban pemerintah yang pertama. Bukankah pendidikan rohaniah itu bukanlah bidang pemerintah ?
Jelaskan bahwa baik Zending maupun Missi, yang sejak permulaan pekerjaannya menyelenggarankan perkembangan penduduk secara rohaniah, kini juga amat mendapatkan kepercayaan di dalam membentuk persekolahan swasta yang bersubsidi untuk perkembangan penduduk. Tetapi pemerintah tetap bertanggung jawab terhadap pengajaran itu………………..Demikian Dr.H.Krooskamp, bekas Direktur Urusan Kebudayaan di Irian Jaya , tahun 1933 sampai 1958, dalam majalah “Niuew-Guinea Studien No. 2 tahun ke 6, April 1962, halaman 104-105, yang berjudul “Pemikiran-pemikiran dasar Mengenai Kebijaksanaan Pengajar di Nieuw-Guinea”, Kupasan di atas menggambarkan bahwa Zending dan Missi mendapat fasilitas-fasilitas yang bersifat positif penuh dari pemerintah untuk perkembangan pendidikan kerohaniah di daerah ini.
Beberapa puluh tahun lampau rupanya koperasi-koperasi tersebut berpendirian bahwa Zending mempunyai bidang operasinya hanya dibagian utara daerah ini saja, sedangkan bagian selatan menjadi daerah operasi Missi. Kedua koperasi itu membekali pembantu-pembantunya (dimaksud guru-guru yang berfungsi sebagai guru sekolah dan guru agama), sehingga beberapa kali terjadi percecokan diantara beberapa petugas dari kedua yayasan itu. Kasus yang tidak terpuji itu tercium pemerintah sehingga dalam konferensi yang diadakan di Ambom dan dihadiri oleh delegasi-delegasi Zending, Missi dan pemerintah (waktu itu Maluku dan Irian Jaya merupakan satu keresidenan, tahun 1952 dan sebuah kegubernuran, tahun 1930), oleh pemerintah diambil keputusan, yang isi ringkasannya :
“ baik Missi maupun Zending boleh operasi di bagian selatan dan barat dan utara Niuew-Guinea, asal tidak menggangu keamana”.
Perlu dikemukakan di sini bahwa daerah-daerah beroperasinya koperasi itu kemudianmenjadi pemikiran bagi yang bersangkutan sehubungan dengan perkembangan persekolahan di Irian Jaya selanjutnya. Sampai tahun 1960 seluruh daerah Irian Jaya ada 8 buah PMS, buka empat buah yang baru, masing-masing :
Satu milik YPK, di Biak,
Satu milik YPK di Sorong
Satu milik Missi di Marauke, dan
Satu milik pemerintah di Hollandia ,
Sampai tahun 1958 telah ada 4 buah. Perkembangan pendidikan yang sangat pesat pada periode singkat itu dilatar belakangi dua factor, yakni : (1) telah tersedianya lulusan sekolah-sekolah sambungan sebagai input PMS, dan (2) memasuki tahun-tahun akhir dasawarsa 1950-an sampai perempatan pertam tahun 1960-an dunia internasional telah sangat mengenal persoalan Irian Jaya, sehingga pengaruh politik itu berpengaruh sampai di Irian Jaya dan mempengaruhi dunia pendidikan, dan membawa akibat positif seperti itu. Pada tahun 1962 dibuka sebuah PMS di Mindiptana, milik Missi.
Dipandang dari sudut onderwijspolitiek pembukaan itu merupakan suatu kebetulan. Hal ini membawa kemajuan yang mengidam-idamkan kemajuan, baik lahiriah maupun rohaniah di daerah.

MIEI SEBAGAI PUSAT PENDIDIKAN ZENDING DI RIAN JAYA

A. Utrech Zending

Sejarah pertumbuhan gereja Kristen dan pekabaran injil di Irian Jaya secara defakto maupun dejure telah mengukuhkan ottow dan Guisler sebagai pendeta – pendeta pertama yang memperkenalkan injil yesus Kristus kepada penduduk Irian Jaya.

Ottow dan guissler tiba di pulai mansinan teluk doreri bertepatan pada hari minggu tanggal 5 pebruari 1855 jam 09 pagi, dengan menumpang sebuah kapal layar meliter perdagangan ternate. Kedua tokoh itu di kenal sebagai perintis pekabaran injil di irian jaya.
Memasuki tahun – tahun akhir 1850 , tepatnya tahun 1859 di kota Utrech ( Negra Belanda) didirikan Badan Pekabaran injil yang dalam perkembangannya sebagai pekabaran injil di sebut Zending Utrech di singkat UZV. Zending inilah yang bertugas melanjutkan misi ottow dan Guissler.

Pada bulan april 1963 tibalah 3 pendeta utusan UZV yang pertam di mansinam . Ketiga pendeta itu adalah : Van Hasselt, F. Klassen, dan Ottow sport. Dalam dokumen sejarah perkembasngan kristen injil di rian jaya di akui bahwa proses pekabaran injil di rian jaya pada tahap permulaan mengalami berbagai hasmbatan, tetapi injil kristus bagaikan batu karang yang menahan deburan ombak, dan pada akhirnya bertumbuh, berkembang dan menjadi dewasa, atas berkat dan karunia Allah. Sehingga lengkaplah firman injil . . ..”. Pergilah kamu ke seluruh bumi dan beritahukanlah namaku dan aku senantiasa menyertai kamu sampai kesudahan alam ”.
Tantangan demi tantangan di lalui dan UZP pun semakin memperbesar dan memperluas jaringan kerja, sehingga pada tahun –tahun berikutnya berdatanganlag para pendeta ke Irian Jaya. Di banyak tempat didirikan pos zending sebagai sentral pekabaran injil. Pos – pos zending yang didirikan itu sekaligus sebagai pusat – pusat kediaman para pendeta. Pos = pos kegiatan itu lalu berkembang dan berubah menjadi resort – resort, antara lain Resort Mansinam, resort kuaudi, Resort Andai, resort mony, resort bika, resort serui, resort Holladia, rtesort windesi, resoirt genyem, tanah merah, Miei, pulau – pulau raja ampat (sorong) resort teminabuan, resort stenkol, innuwatan, Babo, Kaimana, dan merauke.
Dari resort – resort inilah kemudian lahir jemaat – jemaat kristen,. Dari resort – resort berdatanganlah permintaan penduduk pada zending akan guru – guru supaya para guru – guru tersebut di tempatkan secara langsung di kampung di kampung demi pekabaran injil dan pendidikan . Para pendeta idhadapkan pada bagaimana menanggulasngi permintaan akan guru dari jemaat – jemaat itu. Untuk menjawab masalah ini, di tempuh dengan cara para pendeta dan para istri – istri pendeta membawa anak asuh dan membinbingnya kemudia di angkat sebagai guru dengan bekal pengetahuan yang id pelajari. Disinilah dapat di rasakan kebenaran pepatahg tua yang tidak pernah usang, tidak ada kayu jenjang di keping, tidak ada rotan akarpun berguna.

Sementara di tempuh cara di atas, zending mengirim kabar ke maluku tentang kebutuhan guru – guru di Irian Jaya dan tidak lama pula kedatangan tenaga – tenaga guru, terutama dari ambon. Yang juga sekaligus mempunyai tugas rangkap sebagai evangelist sama dengan penginjil. Guru – guru penginjil ini lazim di sebut Mester.
Dapat di pahami dengan baik pada bagian ini bahwa Utrech zending Vereninging memainkan peranan penting sekali dalam proses p[ertumbvuhan dan perkembangan awal pekabaran injil khuusus di rian jaya.

B. Jenis pendidikan Miei

Miei dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pendidikan di bawah zending vereninging di Irian Jaya merupakan salah satu pusat pendidikan pada masa – masa pekabaran injil masukl di daerah ini . Secara Geografis, miei terletak kearah selatan Manokwari. Pada masa perempatan pertama abad 20, hanya dapat di tempuh dengan perhubungan laut selama 14 jam.
Miei sebagai pusar pendidikan zending pada saat itu sangat tepat. Kegiatan pendidikan di pusatkan di lereng gunung wondiboi, yang mempunyai ketinggian 200 meter dari permnukaan laut Hutambrumer yang lebat mengisi lingkungan alam yang masi murni dengan suara burung yang berkicau dari pagi hingga malam hari. Tak ketinggalan si kecil jangkrit yang mengisi kesepian di sepanjang hari. Miei sebagai pusat pendidikan zending pada masa itu mengambil alih peranan mansinam yang sebelumnya di kenal juga sebagai salah satu sentral pendidikan .
Jenis – jenis pendidikan Zending di Miuei setelah daertah itu di jadiklan sebagai pusat sentral pendidikan, Zending dapat di bagi menjadi dua : Masing – masing sekolah sambungan vervolg school ( VVS) dan seklah guru Normal kursus atau normaal leergang.
1. Sekolah sambungan ” Vervolg school” VVS, sekolah ini di sebut onvolleding standart school (sekolah standar) yang tidak penuh (1939), mempunyai dua kelas, yaitu kelas IV dan V, yang terdiri atas empat ruang dengan penggunaan 3 lokal untuk ruang belajar dan 1` lokal untuk aktivitas perkantoran. Sekolah ini di sebut kelas pagi. Keaadaan sekolah sambungan kelas pagi dapat di kemukakan sebagai berikut :
a. Tenaga pengajar sebanyak dua orang,kepala sekolahnya C.M gosal dan di bantu oleh Johan Arikas (seorang putra daerah lulusan sekolah guru di Depok).
b. Jumlah murid perkelas adalah 25 orang, semuanya murid pria; keadaan wakti itu belum memungkinkan menerima murid wanita. Muridnya berasal dari seluruh daerash peroperasian Zending ( baca resor – resor Zending). Setiap resor – resor Zending (pendetanya) di haruskan setiap tahun mengirimkan murid – murid pilihan. Semua sekolah di wilayah operasi zending berstatus sekolah desa, dan hanya memiliki 3 kelas. Kelas extra yang bakal di kirim me miiei sehingga lebih populerdari kelas miei.Lama pendidikan di miei 2 tahun, setahun di kelas empat dan setahun di kelas lima.
c. Mata pelajaran ada 13, yaitu : Agama, Membaca, berhitung, menulis, ilum alam,ilmu bumi,fauna, flora,Bahasa Indonesia,seni suara,sejarah irian dan zending, menggambar dan bertani.
2. Normaal Leergang/normaal curcus
Normaal leergang adalah sekolah guru dengan lama pendidikan 2 (dua) tahun tergolong onvolledigs tanddaard school, karena lamanya pendidikan hanya 2 tahun.
Normaal leergang ini memiliki 2 kelas, dan kegiatan belajar mengajar berlangsung sore hari di gedung yang di gunakan VVS pagi hari; itulah sebabnya normaal leergang ini di sebut kelas petang. Dapat di mengerti bahwa VVS di sebut kelas pagi karean kegiatan belajar mengajarnya berlangsung pagi hari, sedangkan kelas petang di gunakan untuk menyebut Normaalergang yang kegiatan belajar mengajarnya berlangsung sore hari.
Pendidikan guru pada masa itu, selain normaal curcus ada pula normaal school. Perbedaan kedua jenis pendidikan guru ini terletak pada waktu lamanya pendidika di normaal curcus lamanya 2 tahun sedangkan di normaal school 4 tahun.

Sekolah pendidikan di miei, sebenarnya adalah sekolah pendidikan guru yang di Mansinam, yang di pindahkan pada tahun 1925 karena alasan ekonomi dan sekolah itu selama di mansinam di pimpin oleh pendeta Van Hasselt. Keadaan normaal leergang/normaal curcus yang di sebut kelas sore ini dapat di berikan uraian sibgkat sebagai berikut :
a. tenaga pengajarnya sebanyak 2 orang yaitu seorang direktur dan seorang guru bantu; di rektur sekolah ini ialah Izak Samuel Kijne,pengarang Mazmur dan nyayian rohani yang di pakai di Gereja – gerteja di Indonesia termasuk GKI di Iriuan Jaya.
b. Nama samuel Is kijne ini, di kemudian hari di abadikan oleh GKI di Irian jaya pada sekolah tinggi Theologia I.S Kijne adalah pendidik ahli bangsa Belanda dan beliau ahlli bahasa Indonesia hoofd acte (HA), ahli gambar, ahli seni suara, seoragn yang berpendidikan theologia dan mempunyai keahlian olahraga baik teori maupun praktek.
I.S. Kijne memulai sekolah ini sejak tahun 1923 dan tahun 1930 ia di tawarkan kepada pemerintah, dalam hal ini Departemen kebudayaan dan ibdah untuk menajabat sebagai direktur pada sekolah kweek school di pulau Jawa,tetapi tawaran itu di tolak dan (kepada penulis buku ini C.M Gosal yang juga guru bantu dari i.S Kijne memberi komentar bahwa jabatan yang di tawarkan itu mempunyai dampak positif karena gajinya tiga kali lipat gaji di Zending, pensiunannyapun ada dan cukup besar, fasilitas – fasilitas lainnya lebih memuaskan, tetapi ia lebih menjunjung tinggi panggilan Tuhan untuk memimpin pemuda – pemuda di daerah ini yang masih terbelakang. Pemuda – pemuda ini yang menjhadi cikal – bakal pemimpin masa depan Irian Jaya. Pemimpin – pemimpin yang memiliki berbagai keteramp[lian dan keahlian,tetapi takut akan Tuhannya pencipta langit dan bumi.
Tiba di miiei pada hari Jumat pagi tanggal 22 Agustus 1929 menumpang kapal S.S Swartenhard yang berlabuh di pelabuhan Wasior. Kehadiran C.M gosal di Miei atas panggilan pimpinan Zending . Perkenalan pertam dengan I.S. kijne seketika itu juga direktur yang sangat manusiawi itu menjemput di pelabuhan. Pertemuan pertama itu bebas menyampaikan pesan – pesan dan menjelaskan bahwa daerah ini banyaaaaaak nyamuk Malaria. Kesan lain yang menonjol ialah bahwa kemampuan anak didik di daerah ini sangat kurang, terutama dalam pelajaran berhitung dan membaca,termasuk bahasa indonesia. Umumnya hasil akhir selalu mengecewakan. Sabtu 23 Agustus 1929 merupakan hari pertama mulai bertugas di irian Jaya.
” Ya tuhan, kuatkanlah hati hamba dalam menunaikan tugas ini, supaya dengan akal budi dan karunia-Mu yang datang dari-Mu dan memelihara hidup ini sebagai karunia Tuhan dengan kebijaksanaan demi kemulian-Mu ”. Demikian ungkapan doa yang di ungkapkan.
Murid
Normaal curcus menerima lulusan dua tahuanan dari kelas pagi sehingga lulusan normaal curcus ini sekaligus mewakili resor – resor di irian Jaya.
Mata pelajaran
Normaal curcus mempunyai mata pelajaran sebagai berikut :
1. agama
2. bahasa indonesia (tata bahasa, membaca dan mengarang)
3. Berhitung (soal,angka dan mencongak)
4. ilum mendidik (metode mengajar, membaca, dan berhitung) ketiga – tiganya di praktekkan.
5. ilum jiwa
6. Ilmu alam, ilum bumi, flora dan fauna
7. ilmi kesehatan
8. Ilum pertanian
9. Ilum seni suara
10. Pembukuan
Mata pelajaran nomr 1,4,5,7,10 di asuhkan di rektur, selain itu di ajarkan oleh C.M gosal. Mata pelajaran pertanian di ambil alih oleh pegawai pertanian, yang di perbantukan dari dinas pertanian di ambon. Pegawai yang di maksud bernama “ Kastanya” kemudian di ganti oleh tuan Sahusilawane.
Kiranya tidak berlebihan jika di muat sekali kisah penulis buku ini, ketika mulai tugas di hari pertama; Sabtu 23 agustus 1929 suasana kelas sepi, semua murid adalah putra daerah Irian jaya, saat itu penulis berkenang 4 tahun ketika di bangku pendidikan guru, di kurungan – Tomohon. Suatu ketika pengajar mata pelajaran Agama, tentang kemajuan kerajaan Allah di antara kerajaan bangsa – bangsa yang kafir . Berita suka citas itu mengemparkan dan saat itu pula timbil kerinduan untuk menyaksikan dan bekerja ke ladang tuhan. Alangkah indahnya jika saya terpanggil untuk bertugas di daerah – daerah pekabaran injil itu dan kini menjadi kenyataan. Dalam menunaikan tugas, saya memiliki beberapa prinsip kerja sebagai berikut :
1. Hendaklah engkau mengasihi anak – anak didik
2. Hendaklah selalu berdoa, karena doa orang benar yang di bawa dengan sungguh – sungguh hati, besar kuasanya.
3. Hendaklah bersabar
4. Hendaklah mengajar dengan bijaksana
5. usahakan agar pengetahuan menjadi milik anak didik
6. Utamakan tingkat pemahaman di siplllin.
7. dalam suasana susah dan senang , supaya kebesaran tuhan yang di gambarkan tuhan sebagai pohan hidup
8. Subyek didik ( anak) ketika meninggalkan Miei, berarti telah siap untuk di pakai dan jangan sekali – kali memecat anak didik.
Hubungan sosial
Hubungan direktur dan pembantu di rektur sangat harmonis. Baik direktur maupun pembantunya bersama – sama menempati satu rumah keduanya saat itu sama- sama masih bujang. Hubungan harmonis terjadi baik saat menunaikan tugas maupun di luar. 14 macam surat kabar dapat di pelajari sebagai sumber pengetahuan uptodate, meski datangnya delllapan minggu sekali.
c. sekolah Latihan
Misi mempunyai sekolah latrihan atau di sebut Leerschool memiliki 3 kelas. Yang di Jadwalkan sebagai ruang belajar dan mengajar siswa kelas 2, kelas petang. Kepala sekolahnya seorang guru pilihan yang jua membantu direktur untuk mempraktekkan teori – teori mengajar. Seorang guru di haruskan menyiapkan : 2. KPP 9kitab persedian pengajaran) 2. KBP (kitab batas pelajaran)
Kedua buku ini harus di siapkan sehari sebelum di gunakan oleh calon guru di leerschool dan wajib di periksa pimpinan leerschool. Pada ujian praktek mengajar di hadiri dan di awasi oleh :
a. Pegawai inspeksi dari ambon (insoektur atau penilik sekolah kepala)
b. Pegawai inspeksi dari wilayah dari manokwari (school opzineer)
c. direktur sekolah guru di miei
Perlu untuk di kemukakan disini, bahwa sejak tahun 1923 – 1930 dan tahun – tahun seterusnya hasil ujian akhir menunjukkan 100% tingkat kelulusan.

PERANAN BAHASA INDONESIA DALAM DEWAN PAPUA (NIEUW GUINEA RAAD)

Pada tanggal 5 April 1961 oleh pemerintah Belanda di Nederlands Nieuw Guinea dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat yang disebut Dewan Papua.Menurut tata tertib dewan ,bahasa yang di gunakan secara resmi ada dua macam,yaitu bahasa Belanda dan bahasa Indonesia.
Rapat ke-2 tanggal 6 April 1961 memperbincangkan salah satu pokok acara, ialah “Rancangan tata Tertib Dewan “.
Menurut tata tertib itu ddipakai dua macam bahasa ,ialkah bahasa Indonesia dan bahasa Belanda.Hal ini penting sekali sebab : (1) sebagian besar anggota terdiri atas orang-orang yang hnaya tahu bahasa indonesia ,ialah putra-putra daerah dan yang berasal dari luar putra daerah ; dalaam kelompok ini hanya seorang yang mahir bahasa belanda daan (2) anggota-anggota lainnya ,ialah orang asing (bangsa belanda).Dalam kelompok ini tidak semua nya berbahsa Indonesia biasa.
Pandangan diatas telah mencerminkan ,betapa ruwetnya di kala Dewan memperbincangkan “Rancangan Tata Tertib” tersebut. Dibawah ini dikutib seadanya perdebatan selama pesert sidang membicarakan masalah tersebut,antara lain : (suara anggota) “Mijnheer de voorzitter, ik kan ook,dat er in Raad twee offiele talen gebruikt zullen worden en ik heb zojuist gezien dat er een aantal leden zijn, die moelijkheden hebben het over leg te volgen , terwijl ook het volk buiten de vergadering niet zal begrijpen omtrent het hier besrokene . In verband hiermee zou ik U willen vragen, wonrom er niemand aabwezig is die vanuit Maleis in het Nederlands kan vertalen…….”

Terjemahannya :
“Tuan ketua saya juga etuju dengan usul tersebut, tetapi dalam peraturan disebut juga , bahwa dalam sidang dipakai dua bahasa resmi dan baru-baru telah nyata bagi saya, bahwa banyak anggota yang mengalami kesulitan untuk dapt mengikuti pembicaraan ; sementara orang-orang yang berada diluar gedung akan tidak mengerti apa yang dimusyawarakan disini. Berhubung dengan itu ingin saya bertanyakan kepada tuan ketua , mengapa disini tidaak seorang yang hadir,yang dapat menerjemhkan dari bahasa indonesia ke bahasa belanda …….”
Ketua : Dit is inderdaad juist. Er zijn twee………
“sebenarnya demikian. Akaan saya berikan dua pandangan : (1) kami mempunyai seorang penerjamah,kini mempunyai tugas-tugas lain, dan (2) Jikalau anggota-anggota ingin memberikan pandangannya di dalam sidang ,tiada seorangpun penerjamah yang dapat menerjemahkan langsung apa yang baru saja didengarnya,
Itulah sebabnya, hendaaknya tiap anggota menyeraaahkan pemandangan-pemandangannya yang telaha diterjemahkan terlebih dahulu dalam bahasa belanda dan bahasa Indonesia,apa yang akan dikatakannya di mimbar rakyat.
Jikalau tidak demikian , maka tidak mungkin untuk langsung menerjemaahkannya.
Seorang anggota lain “Tuan Ketua” di dalam Dewan Penasehat benar ddipakai dua macambahasa .Tetapi bahasa resmi dalam Deawan Penasehat sesungguhnya adalah bahasa belanda daan jikalau sorang anggota seleaimengucapkan pidatonya itu diucapkan/kemabli oleh seorang penerjemah secara ringkas. Tetapihal itu berlaku tidak langsung; jadi,kalau seorang anggota Belanda di dalam Dewan Penasehat itu telah selesai mengucaapkan pidatonya maka, pidatonya itu diterjemahkan secara ringkas ke dalam bahasa Indonesia. Baru sesudah itu anggota-anggota yang mengerti bahasa Indonesia menggunakan koptelefon, supaya dengan demikian dapatlah ia sekalian mendengarkan pidato itu.

Dalaaam bagian lain Ketua Dewan berkata sebagai berikut :
“…….maar hat Maleis is tensoette een taal die in het algemeen in Nieuw-Guinea als gangbaar wordt beschowd …….” Yang terjrmahannya : “…….tetapi umumnya bahasa Indonesia di Nieuw Guinea menjadi bahasa pergaaulan (bahasa penghubung).
Seorang anggota lain : Indien er geen vaste vertaler is om ineeselke rede te vertalen , wat dan onze griffier Nederland moten vesleggen ?
“Jika tiada penerjamah tetap yang akan menerjemahkan langsung tiap pidato ,apalagi yang akan di catat oleh griffier kita ?
Baik griffier dan anggota-anggota maupun pers semuanya membutuhkan terjemahan dalam bahasa belanda maupun dalam bahasa Indonesia,supaya apa ayang dirundingkan /dimusyawarakan dalam Dewan ini dapatlah diikutnya dengan jelas.
Kedua : tetapi,jika suatu pidato tidak terlebih dahulu dikerjakan secara tertulis,maka diseluruh ddunia tiada seorangpun penerjemah yang dapat bertahan lebih dari sepuluh menit.Ia harus diganti dan barangkali kita memerlukan 6 sampai 10 ahli bahasa ,barulah mereka itu dapat bertahan lama.lain daripada itu ,belum tentu ada ahli-ahli bahasa itu mengerti,oleh sebab kemungkinan ada,pidato yang diterjemahkan itu didengarnya salah atau pidato itu tak dimengerti dengan tepat, menyebaabkan terjemahannya itu tidak cocok dengan isi pidati yang bersangkutan.
Seorang anggota lain : “…….. bukan saya tidak mungkin untuk menterjemaahkan langsung, melaainkan juga biayanya tidak terbayangkan; sebab tahu saya ,bahwa penerjemah-penerjemah organisasi-organisasi ,yang bergilir-gilir tiap 10 menit menerjemahkan langsung (tiap pidato) ,mendapat gaji perbulan tiap orang US 1.000 dollar itu sama dengan f. 3.500; jadi kira-kira 3 ½ kali gaji seorang gedelegeerde di sini..gaji itu amat tinggi dan hal itu suatu keberatan yang amat parktis…….”
Memang masalah bahasa Indonesia di dalam Dewan Papua merupakan masalah yang pelik.
Dalam pasal yang lain,buku ini telah dikemukakan ,bahwa berhubung dengan politik Pemerintah mengenai Bahasa Indonesia di Irian barat untuk :
(1) Menghilangkan bahasa Indonesia di daerah ini secara tahap demi tahap ,baik disekolah-sekolah, dikantor-kantor maupun diantara masyarakat . (2) Apakah fungsi bahasa Belanda di daerah ini,jika telah tiba waktunya bahasa belanda mengambil alih fungsinya bahasa Indonesia itu.
Tetapi , meskipun pelbagai macam daya yang dipergunakan untuk menghilasngkan fungsi bahasa Indonesia itu,usaha itu sia-sia saja. Perdebatan dddi dalam Dewan papua seperti yang dipaparkan di atas, merupakan fakta di antara banyak fakta lain yang konkret,betapa besar dinamika serta romantikanaya bahasa nasional kita dimasa 15- 20 tahun yang lalu didaerah ini.Bahasa yang telah hamper satu abad merupakan lingua franca di daerah ini ,yang penaka sebatang pohon telah berakar jauh di bumi masyarakat ,masakan akan direngut begitu saja dari masyarakat dalam waktu sesingkat itu? Mustahil, bukan ? Sejarah membuktikan.

Pengaruh Dakwah dalam Membangun Ekonomi Umat

Islam adalah agama dakwah, artinya adalah agama yang disebarluaskan dengan cara damai, tidak lewat kekerasan. Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab, dari kata (da’a, yad’u) yang berarti panggilan, ajakan, seruan.
Beberapa tokoh memberikan defenisi dakwah secara terminologi, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Syekh Ali Mahfuz mendefenisikan pengertian dakwah adalah mendorong manusia atas kebaikan dan petunjuk serta menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran guna mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
b. Abu Bakar Zakaria, yang dinukilkan kembali oleh Drs. Anwar Mas’ari dalam bukunya Studi Tentang Ilmu Dakwah mendefenisikan dakwah adalah usaha para ulama dan orang-orang yang memiliki pengertian tentang agama Islam, memberikan pelajaran kepada khalayak ramai berupa hal-hal yang menimbulkan pengertian berkenaan dengan urusan-urusan agama dan dunia mereka yang sesuai dengan daya mampu.
c. Prof. Thoha Yahya Umar, M.A, mendefenisikan pengertian dakwah menjadi dua bagian, antara lain adalah sebagai berikut :
Dakwah secara umum adalah :
Ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntutan bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia menganut, menyetujui, melaksanakan ksuatu idiologi pendapat pekerjaan tertentu.
Dakwah secara khusus adalah :

Mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.

Dari pengertian beberapa defenisi diatas, dapatlah penulis mengambil kesimpulan, bahwa dakwah adalah suatu proses penyelenggaraan aktifitas atau usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja dalam upaya meningkatkan taraf dan tata nilai hidup manusia dengan berlandaskan ketentuan Allah swt dan Rasulullah saw.
2. Pengaruh Dakwah dalam Membangun Ekonomi Umat
Keberhasilan perjuangan menegakkan agama Islam, hanya dapat berhasil kalau diperjuangkan dengan metode yang pernah dipergunakan oleh Rasulullah saw. Metode Rasulullah saw merupakan gerakan dakwah/kemanusiaan yang meliputi enam hal, antara lain adalah sebagai berikut : Gerakan moral yang didasarkan pada aqidah Islam, sehingga terbentuk akhlak yang baik; gerakan intelektualitas dan ilmu pengetahuan; gerakan sosial yang harmonis, rukun, damai, dan aman; gerakan ekonomi bisnis, untuk membangun kehidupan ekonomi yang sejahtera dengan membangun etos kerja yang kuat; gerakan pembinaan bangsa; gerakan bela agama.
Pada dasarnya, upaya penguatan ekonomi umat adalah upaya pengembangan sumber daya manusia. Ada beberapa hal yang dilakukan dalam dakwah guna membangun ekonomi, antara lain adalah : pertama, mengubah idiologi konsumtif menjadi idiologi produktif, penuh semangat dan berpola pada kemandirian. Upaya penegakkan masyarakat untuk orang kecil dilaksanakan dengan watak dari spiritualitas dan produktifitas yang tinggi.
Pengaruh dakwah dalam menerapkan konsep ini bisa menumbuhkan kemampuan mandiri untuk meyakinkan bahwa sebenarnya manusia memiliki kemampuan untuk lepas dari kemiskinan, karena metode dakwah lebih fleksibel yang bergerak dari sisi spiritualitas dan doktrin agama. Kedua, mengembangkan teknologi dan pemanfaatannya termasuk pengembangan keterampilan dan pengetahuan sebagai upaya pemberian kail dan cara penggunaan kail. Upaya ini bisa dilakukan dengan cara partisipatif dengan melibatkan mereka secara penuh, sejak dari proses perencanaan sampai evaluasi. Ketiga, memanfaatkan dengan benar lembaga dakwah, sehingga lembaga tersebut benar-benar optimal.
Firman Allah dalam QS ar-Ra’ad (13) : 11
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dalam upaya pelaksanaan dakwah ini, mulai dari tantangan moral sampai tantangan politik. Bangsa Indonesia saat ini sudah terpuruk dalam krisis multidimensional; krisis kepercayaan (amanah), krisis moral, ekonomi, sosial politik, dan budaya. Oleh karena itu, untuk membangun aktifitas dakwah yang sanggup menghadapi tantangan merupakan suatu keharusan yang tidak boleh ditunda-tunda.
Pada hakekatnya, dalam kegiatan ekonomi, motivasi merupakan proses pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan merupakan keadaan internal yang membuat hasil-hasil tertentu kelihatan menarik. Kebutuhan yang belum terpenuhi menciptakan ketegangan yang menimbulkan dorongan dalam diri individu. Dorongan tersebut mengakibatkan perilaku mencari untuk mendapatkan tujuan tertentu, yang jika dicapai akan memuaskan kebutuhan dan menyebabkan pengurangan ketegangan.
Untuk dapat merumuskan metode dan substansi dakwah yang tepat, maka kita harus mengenal siapakah manusia itu sebenarnya. Manusia dapat digambarkan sebagai mahluk yang berfikir, merasa dan bertindak. Peranan manusia dalam kehidupan di dunia ini ditandai oleh tindakan atau perilakunya. Dalam pemenuhan kebutuhan, motivasi manusialah yang merupakan latar belakang yang melandasi pemikiran manusia. Pengetahuan mengenai motivasi manusia memberikan jawaban terhadap pertanyaan mengapa seseorang melakukan suatu tindakan tertentu.
Manusia adalah mahluk yang mempunyai kebutuhan banyak sekali. Kebutuhan-kebutuhan ini menimbulkan banyak motif yang melatarbelakangi kegiatan manusia. Walaupun begitu pada suatu saat tertentu manusia hanya melakukan kegiatan tertentu pula. Dalam konteks dakwah, perlu dipelajari motif manusia yang melakukan berbagai kejahatan. Dosa dan dusta serta penyimpangan dari norma-norma agama dan budaya. Hal ini sangat penting agar strategi dakwah yang dikembangkan mencapai sasaran yang diharapkan, sehingga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan ketentuan syari’at ajaran agama. Dakwah sangat penting disampaikan kepada seseorang yang memiliki perilaku negatif dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik itu kebutuhan jasmani maupun rohaninya.

KARAKTERISTIK EKONOMI DALAM ISLAM

Al-Qur’an mendorong umat Islam untuk menguasai dan memanfaatkan sektor-sektor dan kegiatan ekonomi dalam skala yang lebih luas dan komprehensif, seperti perdagangan, industri, pertanian, keuangan, jasa dan sebagainya yang ditujukan untuk kemaslahatan dan kepentingan bersama. Firman Allah swt, dalam QS an-Nur (24): 37
(rijaalunlaa tullaihim tijaraatun walaa bayy’unan dzikrillahi waiqamii shalata waithaidzakati, yakhafuuna yuman tataqhalabufihilqulubu walabhsharu)
“ Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.”
Dalam melakukan kegiatan ekonomi, al-Qur’an melarang umat Islam mempergunakan cara-cara yang bathil, seperti dengan melakukan kegiatan riba, melakukan penipuan, mempermainkan takaran dan timbangan, berjudi, melakukan praktek suap menyuap, dan cara-cara lainnya, sebagaimana firman Allah dalam QS al-Baqarah (2) : 188 yang artinya:
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.”
Pandangan dunia Islam, membebani suatu kewajiban moral bagi setiap warga masyarakat untuk berusaha semaksimal mungkin mengembangkan persaudaraan dan keadilan sosioekonomi sedemikian rupa sehingga realisasinya, dan bukan keabsenannya menjadi karakteristik yang menonjol pada masyarakat. Dalam lapangan ekonomi, hal ini merupakan pembangunan yang berkeadilan dan mewujudkan stabilitas untuk mencapai pemenuhan kebutuhan, kesempatan kerja penuh, dan distribusi pendapatan serta kekayaan yang merata tanpa harus mengalami ketidakseimbangan yang berkepanjangan.
Pendekatan Islam yang berdimensi empat (melengkapi mekanisme pasar dengan filter moral, memotivasi individu ikut menanggung kepentingan sosial, restrukturisasi sosioekonomi, dan peranan positif pemerintah) harus membuktikan lebih efektif dalam menjamin kesejahteraan semua anggota masyarakat daripada pendekatan kapitalis atau sosialis yang berdimensi tunggal dan hanya mengandalkan pada kepentingan diri sendiri dan kekuatan-kekuatan pasar, atau hanya mengandalkan kolektifitas dan perencanaan pusat.
Apa yang harus dilakukan oleh negara-negara muslim adalah menjauhi pendekatan ekonomi pembangunan yang sekuler dan tidak konsisten serta memformulasikan kembali kebijakan-kebijakan dalam kerangka pendekatan Islam yang terintegrasi.
Kegiatan ekonomi sebenarnya adalah kegiatan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Dalam rangka melaksanakan kegiatan inilah diperlukan atauran-aturan lain yang mestinya sarat dengan muatan moral agar tidak timbul kekacauan kesulitan. Ekonomi sebagai suatu usaha mempergunakan sumber-sumber daya secara rasional untuk memenuhi kebutuhan, sesungguhnya melekat pada watak manusia. Tanpa disadari, kehidupan manusia sehari-hari didominasi kegiatan ekonomi.
Dalam bahasa arab, ekonomi sering diterjemahkan dengan al-Iqhtishad, yang berarti hemat, dengan perhitungan, juga mengundang makna rasional dan nilai secara pimplisit. ekomomi pada hakekatnya adalah upaya pengalokasian sumber-sumber daya untuk memproduksi barang dan jasa sesuai dengan petunjuk Allah swt. Petunjuk Allah swt telah ada sejak wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Akan tetapi sebagai kajian yang berdiri sendiri dengan menggunakan ilmu-ilmu modern, terlepas dari ilmu fiqih, baru dimulai sekitar tahun 1970an.
Ada tiga karakteristik yang melekat pada ekonomi Islam, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Inspirasi dan pertunjukannya diambil dari al-Qur’an dan Sunnah;
b. Perspektif dan pandangan-pandangan ekonominya mempertimbangkan peradaban Islam sebagai sumber;
c. Bertujuan untuk menemukan dan menghidupkan kembali nilai-nilai prioritas, dan etika komunitas muslim pada periode awal.
Ekonomi Islam mempunyai perbedaan yang mendasar dengan ekonomi konvensional. Perbedaan yang mendasar adalah landasan filosofinya dan asumsi-asumsinya tentang manusia. Ekonomi dalam Islam dibangun atas empat landasan filosofis, yaitu : tauhid, keadilan, keseimbangan, kebebasan dan pertanggungjawaban. Tauhid dalam hal ini berarti bahwa semua yang ada merupakan ciptaan dan milik Allah swt, dan hanya Dia yang mengatur segala sesuatunya, termasuk mekanisme hubungan antara, perolehan rizki, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, manusia harus mengikuti segala ketentuan Allah swt dalam segala aktifitasnya, termasuk aktifitas ekonomi. ketentuan Allah swt yang harus dipatuhi dalam hal ini tidak hanya bersifat mekanistik dalam alam dan kehidupan sosial, tetapi juga besifat etis dan moral.
Manusia memiliki kebutuhan yang hampir tanpa batas. Selama hidupnya di dunia ini, manusia selalu mencari kebahagiaan dan mencari kepuasan dalam berbagai keperluan hidupnya. Dalam mencari kebahagiaan hidup ini, sesuai dengan pandagan hidupnya, ada manusia yang mengharapkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Selain itu, Allah tidak hanya memberi rejeki kepada manusia, tetapi juga menugasi manusia untuk memposisikan diri sebagai khalifah di muka bumi alam rangka memakmurkan kehidupan ini. manusia memiliki peluang yang sama untuk menacapai tingkat hidup makmur. Akan tetapi, karena berbagai alasan, tingkat kemakmuran yang dicapai manusia tidak selalu sama, ada yang kaya dan ada yang miskin. Sehubungan dengan itu, ajaran Islam mengupayakan agar harta tidak hanya beredar diantara orang-orang kaya saja. Dengan demikian, maka prinsip tawhidullah, prinsip kekhalifaan manusia yang mengemban amanat Allah di muka bumi ini harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Prinsip keadilan menjadi acuan utama dalam pemberdayaan ekonomi umat.
Dalam kerangka pemenuhan material individu dan masyarakat, ajaran Islam mendorong manusia muslim untuk bekerja keras. Bahkan dalam aktifitas pekerjaannya, manusia akan dipengaruhi oleh motif atau prinsip ekonomi, yaitu tiap orang atau masyarakat akan berusaha untuk mencapai hasil yang sebesar-besarnya dengan tenaga atau biaya sekecil-kecilnya dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Jika tidak demikian, manusia akan dihadapkan pada kemubaziran waktu, tenaga, atau biaya. Hal demikian tidak diperkenankan. Hanya saja motif atau prinsip ekonomi tadi dibatasi berlakunya ajaran-ajaran moral dan hukum Islam.
Batasan-batasan itu antara lain :
a. Larangan menghasilkan harta dengan jalan yang bathil, seperti penipuan, melanggar janji, riba, pencurian, spekulasi, dan mengusahakan barang-barang berbahaya bagi pribadi maupun masyarakat;
b. Larangan menimbun harta tanpa ada manfaat bagi manusia, dan melaksanakan amanat;
c. Larangan melampaui batas, dan tidak, kikir.
Selain itu, terdapat beberapa prinsip yang perlu dipedomani dalam melaksanakan aktifitas ekonomi, antara lain :
a. Prinsip antaradhin ( saling rela dalam aqad);
b. Prinsip al-I’timad ‘ala la-nafs (Kewirausahaan);
c. Prinsip al-Ta’awun (saling menguntungkan dalam hal-hal yang bermanfaat);
d. Prinsip al-Mas’uliyah (tanggung jawab);
e. Prinsip al-Taysir (kemudahan), karena gejala kegiatan ekonomi dibolehkan sepanjang tidak ada larangan;
f. Prinsip al-Idariyah (administrasi keuangan yang benar dan transparan);
g. Prinsip al-Taqaful al-ijtima’i (tanggung jawab sosial);
h. Prinsip al-Ikhtiyat (kehati-hatian).
Secara spesifik, terdapat beberapa kaidah lain dalam melakukan aktifitas ekonomi, antara lain :
a. Hukum asal dalam ekonomi Islam adalah kebolehan, sampai ada dalil yang mengharamkannya;
b. Dalam setiap perikatan (aqad), yang dilihat adalah maksud dan tujuannya, tidak semata-mata dari kata-kata dan bentuknya;
c. Barangsiapa mempercepat sesuatu urusan yang belum waktunya akan menghadapi kegagalan. Dalam berusahapun, apabila terlambat meraih peluang yang ada, akan menghadapi kegagalan;
d. Menghindari kesulitan dan bahaya harus didahulukan daripada mendatangkan keamanan dan kenyamanan;
e. Sesuatu pengorbanan atau kerugian yang lebih besar dapat dihindarkan dengan merelakan pengorbanan lain yang lebih kecil;
f. Barangsiapa menerima manfaat harus membayar ongkos;
g. Kepentingan mayoritas yang lebih besar didahulukan daripada kepentingan minoritas yang lebih kecil;
h. Semua alokasi pengeluaran harus diperuntukkan kemaslahatan rakyat;
i. Sesuatu yang ketiadaannya menyebabkan kewajiban tidak terpenuhi, maka mewujudkan sesuatu itu menjadi wajib hukumnya.
Kaidah-kaidah ini menuntut segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan seperti infrastruktur, ekonomi, keamanan, peningkatan kemampuan oran-orang miskin untuk memperoleh penghasilan yang lebih tinggpi, pelatihan dan pendidikan serta peningkatan kemauan yang lebih kuat. Dengan demikian, maka untuk peningkatan ekonomi Islam dan pemberdayaan umat, diperlukan motivasi yang membangkitkan kemauan untuk mencoba mengubah diri menuju kehidupan yang lebih baik, yang selanjutnya diperlukan peningkatan kemajuan dalam berusaha dengan pelatihan dan pendidikan, sehingga menghasilkan kalangan professional dengan filter moral akhlaqul karimah.
Dalam konteks keadilan dan keseimbangan ekonomi, menjadi dasar dalam meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Oleh sebab itu, seluruh kebijakan dan kegiatan ekonomi harus dilandasi paham keadilan dan keseimbangan.
Dalam ekonomi Islam, pertumbuhan dan pemerataan merupakan dua dari satu entitas. Pada tingkat teknis, hal ini tampak pada praktek mudharabah, dimana pemilik modal dan pekerja ditempatkan pada posisi yang sejajar dan adil.
Secara umum karakteristik ekonomi Islam itu meliputi empat karakter, antara lain adalah Ilahiyah, akhlak, kemanusiaan dan pertengahan.
Dibawah ini adalah salah satu contoh penyimpangan keberadaan ekonomi Islam antara lain adalah riba. Secara linguistic riba berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba aadalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam, secara bathil atau bertentangan dengan prinsip mu’amalah dalam Islam.
Diantara dampak ekonomi riba adalah dampak imflatoar yang diakibatkan oleh bunga. Semakin tinggi suku bunga semakin tinggi juga harga yang akan ditetapkan pada suatu barang. Dampak lainnya adalah bahwa hutang, dengan rendahnya tingkat penerimaan peminjam dan tingginya biaya bunga, akan menyebabkan peminjam tidak pernah keluar dari ketergantungan, terlebih lagi bila bunga atas hutang tersebut dibungakan.
Islam mendorong praktek bagi hasil dan mengharamkan riba. Keduanya sama-sama memberikan keuntungan bagi pemilik dana, namun keduanya mempunyai perbedaan yang sangat nyata. Perbedaan itu ialah sebagai berikut :
1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi selalu untung, sedangkan penentuan besarnya rasio/ nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemuungkinan untung rugi.
2. Besarnya prsentase bunga berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan, sedangkan besarnya rasio bagi hasil berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh.
3. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan, tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi. Sedangkan bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah piihak.
4. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang booming, sedangkan jumlah pembagian laba dalam bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.
5. Eksistensi bunga diragukan oleh semua agama, termasuk Islam, sedangkan bagi hasil tidak diragukan keabsahannya.
Pada akhirnya kita berpendapat bahwa untuk kestabilan ekonomi keadilan dan kesejahteraan masyarakat, sistem ekonomi bagi hasil harus terus menerus disosialisasikan sekaligus dipraktekkkan sebagai pengganti sistem bunga.

DAFTAR PUSTAKA

Baiquni, A. Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern, Bandung; Pustaka Pelajar, 1983
Chapra, Umer, Islam dan Pembangunan Ekonomi, Cet. I; Jakarta : Gema Insani Press, 2000
DJatnika, Rahmat, Sistem Etika Islami; Akhlak Mulia, Surabaya: Pustaka Islam, 1987
Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan terjemahnya, Ed. Revisi; Surabaya: Mahkota, 1989
Anshari, Endang Saifudin, Wawasan Islam; Pokok-pokok Pikiran tentang Paradigma dan Sistem Islam, Cet I; Jakarta : Gema Insani, 2004
Hafiduddin, Didin, Islam Aplikatif, Cet. II; Jakarta : Gema Insani, 2004
Saleh, Abdul Rahman, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa, Cet. I; Jakarta : RadjaGarfindo Persada, 2005
Thoha Hasan, Muhammad, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, Jakarta : Lantabora Press, 2005

By lengkas Dikirimkan di EKONOMI